Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Budidaya Padi Organik dan Non-Organik terhadap Mutu

(Peneliti: Zahara Mardiah, Berdasarkan Laporan Akhir Tahun 2017)
DIOLUHTAN. Sebagai bahan rekomendasi cara pertanaman organik yang tepat dalam menghasilkan mutu beras yang terbaik dan sehat (zero pesticide residue). Lima varietas unggul baru organik dan non organik didapatkan dari tiga tempat di daerah Jawa Barat. Sampel gabah yang digunakan maksimal berumur 1 bulan setelah panen.
Analisa mutu fisik gabah, mutu giling, mutu beras, mutu tanak, mutu gizi, mutu rasa dan umur simpan nasi dilakukan di Laboratorium Fisik dan Kimia sedangkan analisa residu pestisida dilakukan di Laboratorium analisis pestisida terakreditasi yaitu di Saraswanti Indogenetec. Mutu gabah hampa dan densitas gabah hasil budidaya organik menunjukkan berbeda nyata dengan gabah hasil budidaya non-organik.
Karakter mutu fisik gabah pada varietas Inpari 24 terlihat paling dipengaruhi oleh cara budidaya organik dan non-organik sedangkan varietas Inpari 33 paling tidak dipengaruhi oleh cara budidaya. Setidaknya ada dua karakter mutu giling yang berbeda antara beras hasil budidaya organik dan non-organik dari setiap varietas yang diujikan. Rendemen BPK dari varietas Inpara 3, Inpari 24, Inpari 32 dan Inpara 33 menunjukkan berbeda nyata antara beras hasil budidaya organik dengan non-organik.
Varietas Inpari 33 memiliki karakter mutu giling yang paling sedikit dipengaruhi oleh cara budidaya organik dan non-organik. Karakter mutu beras yang paling dipengaruhi oleh cara budidaya organik dan non-organik adalah derajat putih. Derajat putih beras Inpara 3 dan Inpari 30 non-organik lebih putih dibandingkan dengan beras organiknya, sedangkan beras Inpari 32, Inpari 33 dan Inpari 24 organik lebih putih dibandingkan dengan beras non-organiknya.
Konsistensi gel dari beras hasil budidaya organik tidak menunjukkan berbeda dengan konsistensi gel beras hasil budidaya non-organik pada semua varietas yang diuji. Suhu gelatinisasi beras Inpari 33 organik berbeda dengan beras hasil budidaya non-organik. Suhu gelatinisasi Inpari 33 organik masuk klasifikasi suhu gelatinisasi sedang sedangkan Inpari 33 non-organik masuk dalam klasifikasi suhu gelatinisasi rendah. Suhu gelatinisasi dari varietas lainnya tidak menunjukkan perbedaan antara beras hasil budidaya organik dan non-organik.
Kadar protein beras varietas Inpari 30, Inpari 32 dan Inpari 33 berbeda nyata antara hasil budidaya organik dengan non-organik. Perbedaan budidaya terhadap kandungan Fe hanya berpengaruh nyata pada beras varietas Inpari 24 sedangkan kandungan Zn hanya berpengaruh nyata pada beras varietas Inpari 30. Pengaruh budidaya terhadap kadar lemak menunjukkan perbedaan nyata pada beras varietas Inpari 24 dan Inpari 33. Selama penyimpanan nasi, aroma asam dari nasi Inpari 30 non-organik lebih cepat timbul dibandingkan dengan aroma nasi Inpari 30 organik. Nasi Inpari 24 baru menunjukkan aroma asam pada hari ketiga dimana intensitas aroma asam pada nasi Inpari 24 organik lebih tinggi dibandingkan dengan nasi Inpari 24 non-organik. Sementara itu warna nasi varietas-varietas yang diuji mulai menunjukkan perubahan warna pada hari kedua penyimpanan.

Gambar; Grafik Principal Component Analysis (PCA) mutu rasa nasi beberapa VUB padi yang ditanam dengan budidaya organik dan non-organik

Hasil analisa residu pestisida terhadap hasil budidaya non-organik menunjukkan bahwa tidak ditemukannya residu pestisida pada beras yang dihasilkan.  Tidak terdeteksi cemaran residu fungisida dan insektisida dari golongan organophospat, carbamat, triazole, pyrethroid, dan abamectin pada beras giling (Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33 dan Inpara 3) dan juga pada BPK (Inpari 24). Pengaruh budidaya organik dan non-organik terhadap mutu beras tidak mempunyai pola yang sama setiap varietas. Beberapa atribut mutu lebih tinggi pada beras organik namun beberapa atribut mutu lainnya lebih tinggi pada beras non-organik. Selain itu, tidak ditemukan adanya residu pestisida pada beras non-organik. Adanya degradasi senyawa pestisida diduga merupakan alasan kuat tidak terdeteksinya residu pestisida. Dugaan tersebut perlu untuk dikonfirmasi dengan penelitian lanjutan guna mengidentifikasi senyawa metabolit hasil degradasi pestisida yang diamati selama dipertanaman hingga kemungkinan keberadaanya pada beras konsumsi. 
Editor : Y.A.Yahya
Sumber dan Foto : BBPadi Balitbangtan Kementan
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment