Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Apakah Penambahan Urea pada Pakan Sapi Bermanfaat ?

DIOLUHTAN. Urea adalah produk sampingan dari pabrik yang mengolah gas bumi menjadi amoniak. Urea merupakan senyawa organik pertama yang berhasil disintesis dari senyawa anorganik, yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Sebagian besar urea yang diproduksi, digunakan pada bidang pertanian sebagai pupuk kimia. Namun pada perkembangannya, urea juga digunakan  pada bidang peternakan sebagai bahan pengolah pakan. Larutan urea yang dicampurkan pada bahan pakan ternak, berdasarkan penelitian memang terbukti meningkatkan kualitas dan merubah struktur serat kasar menjadi bentuk yang mudah dicerna oleh rumen.
Pemanfaatan urea pada pakan ternak ternyata sudah dilakukan cukup lama yaitu sebelum abad 20. Bukti tertulis mengenai hal tersebut terdapat pada sebuah buku terbitan tahun 1918. Buku tersebut berisi catatan seorang peternak sapi di Amerika Serikat, tentang dosis penggunaan urea pada pakan, yang didasarkan pada ukuran berat badan sapi.
Berdasarkan hal tersebut, beberapa ilmuwan kemudian melakukan penelitian mengenai manfaat Urea bagi hewan ternak sapi, antara lain :
  1. Bergner, seorang nutrisionis dari Jerman, pada tahun 1974 melakukan penelitian pengolahan jerami menggunakan urea. Caranya, urea dicampur air dengan  perbandingan tertentu. Larutan yang sudah tercampur rata kemudian disiramkan ke jerami yang sudah disusun. Tumpukan jerami yang telah basah dengan larutan urea kemudian ditutup dengan plastik kedap udara untuk jangka waktu tertentu. Metode ini disebut dengan Ureasi.
  2.  Van der Merme, melakukan ujicoba Ureasi di Afrika Selatan pada tahun 1974, untuk membantu peternak di negara tersebut yang selalu memiliki masalah dengan ketersediaan pakan hijauan.
  3. Coredess, pada tahun 1981 mengembangkan metode Ureasi dari Bergner dan Van der Merme, dengan perlakuan yang berbeda. Ia menggunakan uap amoniak yang dihasilkan dari pemanasan dan pemberian tekanan pada urea, untuk meningkatkan kualitas jerami padi. Prosesnya diberi nama Amoniasi
  4.  Van Soest, melakukan penelitian pengaruh urea pada rumput gajah pada tahun 1982.   Urea ternyata dapat membantu menghidrolisis ikatan lignoselulosa, menghancurkan lignohemiselulosa, melarutkan silika, dan mengembangkan serat selulosa sehingga memudahkan enzim penghancur selulosa bekerja.
  5. Dr. Ir. Abdel Komar, pada tahun 1984 meneliti pemberian urea sebanyak 4% pada saat  mengolah jerami padi jenis IR 38 untuk pakan sapi. Hasilnya,  urea tidak hanya meningkatkan kadar protein kasar, tetapi juga meningkatkan daya cernanya hingga 50 % lebih baik.
Secara garis besar ada beberapa kesamaan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tentang manfaat urea pada pakan ternak sapi yaitu :
  • Urea merupakan salah satu sumber Non Protein Nitrogen (NPN) yang mengandung 41-45 % N.
  • Urea dapat meningkatkan nilai gizi makanan dari bahan yang berserat tinggi
  • Urea mampu merenggangkan ikatan kristal molekul selulosa sehingga memudahkan mikroba rumen memecahkannya (Basya, 1981).
Namun, ada ilmuwan lain yang memiliki pendapat berbeda. Profesor Keith Bolsen, seorang nutrisionis dari Kansas University., membantah semua kesimpulan diatas. Menurut hasil penelitiannya, ternak sapi  yang diberi pakan yang telah diolah menggunakan  urea justru menunjukkan perkembangan yang negatif. Oleh sebab itu, penggunaan urea pada pakan ternak di Amerika Serikat tidak lagi disarankan.
Di Indonesia, penggunaan urea pada pakan sapi berawal pada tahun 1980-an, ketika pemerintah mengimpor sapi perah secara besar-besaran, tanpa terlebih dahulu menyiapkan lahan untuk pakan hijauan.  Akibatnya,  banyak peternak sapi perah tidak dapat menyediakan rumput segar berkualitas untuk menunjang produksi susunya.
Mengacu pada hasil penemuan Begner dan Van der Merme, pemerintah yakin bahwa Ureasi dan Amoniasi adalah solusi yang paling tepat untuk mengatasi kekurangan pakan hijauan. Pada saat itu peternak memang belum banyak yang mengetahui bahwa jerami padi yang selama ini hanya mereka bakar, ternyata dapat diolah menjadi pakan ternak.
Mulailah pemerintah menyebarluaskan Ureasi dan Amoniasi ke seluruh peternak di Indonesia. Tidak hanya itu, pemerintah juga memberikan bantuan cuma-cuma berupa kontainer kedap udara, sebagai salah satu sarana untuk mengolah jerami padi menggunakan metode Amoniasi.
Hasilnya, ternyata jauh panggang dari api. Ketika hasil ureasi atau amoniasi jerami padi tersebut diberikan kepada sapi perah, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Pada ternak sapi perah betina yang sedang laktasi, produksi susunya berkurang secara drastis. Beberapa diantaranya bahkan tidak lagi mengeluarkan susu sebelum masa kering tiba. Yang lebih parah lagi, banyak ternak sapi betina menjadi mandul setelah diberi pakan berupa olahan jerami padi.
Demikian juga dengan sapi perah jantan, beberapa diantaranya mati mendadak setelah diberi pakan olahan jerami. Kasus lain adalah urine (air kencing) yang dihasilkan berwarna kuning kemerahan, bahkan mengandung  darah segar.
Menanggapi permasalahan itu, Ketua GKSI Cirebon, yang saat itu dijabat oleh H. Abdoeri (almarhum), segera meminta anggotanya untuk menghentikan pemberian jerami padi yang diolah dengan Ureasi / Amoniasi. Hal yang sama juga dilakukan oleh para peternak sapi yang tergabung dalam organisasi KPBS Pangalengan.
Pemerintah melalui Pusat Diseminasi Iptek Nuklir, kemudian melakukan penelitian di laboratorium untuk mencari penyebab dari permasalahan yang terjadi. Hasilnya, pada jumlah tertentu, urea memang dapat membantu meningkatkan kinerja rumen. Nitrogen yang berasal dari Urea, dengan bantuan mikroba dalam rumen dapat disintesa menjadi zat protein yang bermanfaat. Apabila pembentukan NH3 lebih lambat, maka NH3 didalam rumen tersebut dapat dipergunakan untuk pembentukan protein bakteri secara efisien (Anggorodi, 1994).
Uji lapangan pun digelar diberbagai wilayah, antara lain : Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur dan Lampung, dengan cara bekerja sama dengan Direktorat Bina Produksi Peternakan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Dinas Peternakan Daerah Tingkat Propinsi dan Kabupaten.
Kesimpulannya, penambahan Urea sebagai Non Protein Nitrogen (NPN) pada makanan sapi potong, memang bermanfaat bagi ternak sapi, namun dengan syarat (berdasarkan penelitian Parakkasi,1999) :
  • Dosisnya tidak boleh melebihi sepertiga bagian dari total N (protein equivalen), atau 1% ransum lengkap atau 3% dari campuran penguat sumber protein
  • Bila protein yang berkualitas tinggi tersebut dapat lolos dari proses degradasi maka akan dicerna secara enzimatis di dalam usus halus yang memungkinkan asam amino essensial dapat digunakan dengan baik oleh induk semangnya.
Selain Parakkasi, ada beberapa ilmuwan lain yang menyatakan bahwa, takaran pemberian urea yang ideal adalah  100 mg/Kg Berat Badan sapi atau 10 gram/100 Kg Berat Badan sapi atau maksimal 115 gram/ekor sapi.
Apabila diberikan secara berlebih, ternak sapi akan keracunan dengan gejala-gejala sebagai berikut : sapi tampak gelisah, meneteskan air liur (ngiler), perut gembung, menyepak-nyepakan kakinya ke perut, jalan sempoyongan, sesak nafas, dan kematian secara mendadak. Cara mengobatinya, silahkan klik disini
Sumber :       id.wikipedia.org dan  www.penyakithewan.com
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment