Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Alternatif Usaha Budidaya Minapadi di Masyarakat Petani

DIOLUHTAN-suluhtani. Budidaya Minapadi yakni budidaya ikan dan tanaman padi yang dikerjakan dalam lahan yang sama, kini menjadi salah satu alternatif usaha yang dapat memberikan nilai tambah pendapatan bagi pembudidaya ataupun petani. Usaha budidaya minapadi ini telah berkembang dengan cukup baik. Baik sebagai usaha pendederan ataupun sebagai usaha pembesaran.
Ikan yang dibudidayakan di dalam kegiatan minapadi ini antara lain ikan mas dan nila. Namun, kini juga mulai berkembang usaha minapadi dengan mengusahakan tanaman padi bersama dengan udang galah. Budidaya minapadi dengan komoditas udang galah kini menjadi salah satu kegiatan yang digalakkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Perikanan Budidaya sebagai usaha alternatif yang dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan pembudidaya.
Usaha perikanan budidaya dengan sistem minapadi menggunakan komoditas udang galah yang biasa disingkat dengan nama Ugadi ini cukup menggiurkan. Potensi omset usaha Ugadi lebih besar dibandingkan dengan usaha minapadi dengan komoditas lainnya. Omset kegiatan usaha ini mencapai puluhan juta rupiah.

Ugadi yakni budidaya udang galah berbarengan dengan tanaman padi pada prinsipnya tidaklah berbeda dengan usaha minapadi dengan komoditas ikan mas dan ikan nila yang telah dilakukan oleh pembudidaya. Bedanya hanya pada komoditas yang dibudidayakan yakni udang galah. Minapadi yang dilakukan pada model ugadi ini adalah minapadi dengan konsep minapadi tumpang sari yaitu dengan menanam padi kemudian setelah umur padi 10 hari barulah dilakukan penebaran benih udang galah dengan kepadatan tebar 5 ekor per meter persegi. Benih padi yang ditanam adalah benih padi INPARI 13 yang memiliki masa pemeliharaan tidak jauh berbeda dengan udang galah. Pemilihan  bibit padi yang tidak jauh berbeda masa pemeliharaan ini dimaksudkan agar pembudidaya dapat menikmati hasil yang berlipat karena memiliki dua pendapatan dari penen udang galah dan tanaman padi.
Perputaran bisnis ugadi ini tidak memakan waktu yang lama. Pasalnya masa pemeliharaan udang galah hanya berkisar 90 hari dengan menggunakan benih seukuran 6 – 8 gram perekor. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan bahwa dari setiap panen dapat dihasilkan sebanyak 100 kilogram udang galah dari 1.000 meter persegi areal persawahan. Sementara padi yang dihasilkan mencapai sekitar 800 kilogram dari 1.000 meter persegi lahan sawah. Benih ditebar sebanyak 5.000 benih udang galah.
Salah satu syarat keberhasilan dan kesinambungan usaha perikanan budidaya adalah ketersediaan benih. Masalah ketersedian benih tidak menjadi kendala karena saat ini benih Udang galah tersedia melimpah. BBPBAT Sukabumi adalah salah satu pemasok benih udang galah untuk kegiatan minapadi ini. Pada tahun 2012 telah diproduksi benih udang galah sebanyak lima juta ekor benih dengan kualitas terbaik untuk mendukung usaha ini. Kedepan, BBPBAT akan meningkatkan produksi benih udang galah untuk lebih mendukung dan memperkuat usaha ugadi ini seiring dengan digalakkannya usaha ini di tahun ini.
Masalah pasar tidak usaha dipusingkan karena pasar untuk udang galah masih terbuka sangat lebar. Permintaan udang galah dalam negeri saja cukup tinggi. Data menunjukkan bahwa pasar udang galah di Jakarta membutuhkan setidaknya 2 ton perhari. Selain Jakarta, daerah yang membutuhkan pasokan udang galah antara lain Bali, Yogyakarta, dan Bandung. Total pasar udang galah mencapai 20 ton perhari.
Setiap tahun permintaan akan komoditas udang terus meingkat. Hal ini, seiring dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia dengan banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara sehingga kemudian banyak restoran-restoran yang menyediakan menu udang galah ini. Selain itu, meningkatnya daya beli masyarakat Indonesia turut mempengaruhi meningkatnya permintaan akan komoditas udang galah yang pada waktu sebelumnya merupakan komoditas yang cukup mahal. Harga udang galah di pasar domestik mencapai Rp. 50.000 – 60.000 ribu per kilogramnya. Harga ini bisa menjadi berlipat-lipat jika sudah menjadi hidangan.
Selain pasar domestik, udang galah juga diminati oleh warga mancanegara. Pasar udang galah di luar negeri terutama adalah Thailand, Jepang dan cina daratan. Bagi masyarakat tersebut udang galah merupakan menu yang sangat nikmat dan memiliki nilai protein yang cukup tinggi. Infromasi yang didapat bahwa permintaan akan udang galah saat ini cukup tinggi dan belum mampu memenuhi karena masih kurangnya stok yang ada. Pedagang udang galah bahkan menyampaikan bahwa tidak usah khawatir akan pasarnya karena pasti akan diserap pasar.
Dari sisi pertanian, usaha Ugadi ini merupakan salah satu langkah guna memininalisasi alih fungsi lahan padi. Seperti sudah banyak diketahui bahwa banyak lahan padi yang berubah fungsi dan menggerus lahan sawah yang kemudian mengancam ketahanan pangan nasional. Dengan adanya metode ini diharapkan alih fungsi lahan sawah dapat berkurang dan dapat meningkatkan produktivitas pembudidaya dan meningkatkan ketahan pangan nasional.
Dengan metode Ugadi ini tidak hanya udang galah saja yang menjadi lebih sehat tetapi juga mampu meningkatkan hasil panen tanaman padi. Saat ini rata-rata produktivitas padi nasional masih berkisar 4,9 ton/ha. Sementara, melalui sistem minapadi, produktivitas padi naik menjadi 7-8 ton/ha. Selain itu, tanaman padi lebih sehat karena tidak perlu menggunakan bahan-bahan pestisida dan bahan-bahan kimia berbahaya dan juga padi tidak mudah terserang hama ataupun penyakit.
Pada tahun 2012 Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki target luas lahan minapadi sebanyak 200.000 ha. Sebanyak 1 % dari target tersebut adalah untuk kawasan Ugadi yakni seluas 2.000 ha. Pada tahun 2011, luas lahan minapadi telah mencapai 151.630 ha. Dari luasan minapadi tersebut komoditas yang dihasilkan lebih didominasi oleh ikan mas dan ikan nila. Sementara udang galah masih sangat minim padahal potensi pengembangannya sangat besar dan menjanjikan.
Guna mendukung pengembangan budidaya minapadi dengan komoditas udang galah maka Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Perikanan Budidaya telah membuat kegiatan percontohan ugadi di Banjarnegara dan Sukabumi. Di Banjarnegara, baru-baru ini telah dilaksanakan panen perdana udang galah dikawasan minapadi seluas 1 Hektar khusus untuk Ugadi. Begitupun di daerah Sukabumi juga sudah melakukan panen. Dengan keberhasilan kegiatan percontohan ini maka Ugadi sangat layak untuk dikembangkan sebagai salah satu alternative usaha perikanan budidaya.
Sumber : tribunnews.com
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment