Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Waspada Hama Tikus, Ancam Tanaman dan Jiwa Manusia

DIOLUHTAN-suluhtani. Bagi para petani sawah dan petani kebun, khususnya di Sulawesi Selatan, hewan pengerat seperti tikus sudah tidak asing lagi, Tikus sawah (Ratus argentiventer) termasuk hama yang relatif sulit dikendalikan. Perkembangbiakan dan mobilitas tikus yang cepat serta daya rusak pada tanaman padi, jagung, tebu dan lain-lain yang cukup tinggi menyebabkan hama tikus selalu menjadi ancaman pada pertanaman padi.
Serangan hama tikus tersebut terjadi karena eksplosi (ledakan) populasi tikus yang tidak terkendali. Mengapa terjadi eksplosi tikus? Alasannya tidak lain karena ekologi (lingkungan hidup) atau ekosistem bumi/alam kita Indonesia, termasuk di Sulaesi Selatan, tidak seimbang lagi dan bahkan cenderung ke arah krisis atau rusak. 
Penyuluh Pertanian, Yusran Yahya bersama Petani melakukan Pemberantasan Hama Tikus

Ledakan hewan pengerat ini merupakan fakta nyata bahwa hewan pemangsa tikus, yang dikenal dengan istilah predator, telah berada pada kondisi populasi yang rendah dan bahkan langka. Seperti ular dan burung hantu, sebagai predator tikus, makin sulit ditemukan. Kelangkaan predator tikus tersebut disebabkan oleh perilaku buruk masyarakat kita sendiri juga. Mereka gemar/iseng memburu dan membunuh ular dan burung, termasuk burung hantu dan elang. Mereka juga suka merusak lingkungan, misalnya menjarah, membabat dan membakar padang dan hutan, sehingga hewan-hewan penghuni hutan, termasuk ular, burung elang dan hantu, jika tidak hangus terbakar, ya tentu melakukan berpindah tempat/migrasi ke tempat lain untuk mencari habitat baru.
Siklus Hidup  Hewan Pengerat Tikus (Foto: tangkaikayu.com)

Dampak Bagi Tanaman
Serangan hama tikus yang terjadi, jelas mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi petani. Lahan sawah dan kebun/ladang mereka bisa mengalami gagal tanam atau gagal produksi/panen. Minimal jumlah produksi yang dihasilkan dari sawah dan ladang mereka bisa menurun secara drastis.
Dampak ikutannya, dilihat dari sisi ekonomi karena padi dan jagung sebagai komoditi perdagangan, jelas terjadi kehilangan atau kekurangan sumber perdapatan bagi masyarakat tani. Disamping itu dilihat dari sisi ketahanan pangan, kemungkinan terjadinya bencana pangan, rawan atau sekurang-kurangnya krisis bahan makanan, sulit dihindari. Pada gilirannya akan memunculkan pula terjadinya potensi resiko krisis kesejahteraan, terutama kesehatan masyarakat tani, seperti busung lapar dan kurang gizi.

Dampak Bagi Manusia
Jadi, bukan hanya tikus sawah, tikus got dan sebagainya, tikus peliharaan seperti hamster juga bisa jadi media penularan penyakit. Bagi yang juga ingin memelihara tikus putih atau hamster, maka berpikirlah dua kali, karena hewan pengerat ini bisa jadi media penularan penyakit, yang bahkan bisa sampai mengancam jiwa manusia. Berikut penyakit-penyakit yang bisa ditularkan oleh tikus yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Hantavirus
Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS) pertama kali ditemukan pada tahun 1993. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit yang disebarkan oleh jenis tikus rusa, tikus berkaki putih, tikus padi, dan tikus kapas ini menular ketika Anda menghirup partikel dari urin, kotoran, atau air liur tikus yang ada di udara. Anda juga bisa terinfeksi jika menyentuh atau memakan sesuatu yang bersentuhan dengan sesuatu yang pernah terkena tikus.
Gejala awal HPS sangat mirip dengan gejala flu, seperti demam, sakit kepala, muntah, diare atau sakit perut. Sekitar 4 hingga 10 hari kemudian, orang yang terkena mungkin juga mengalami batuk, sesak napas, dan penumpukan cairan di paru-paru.
2. Penyakit Pes
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersina pestisia yang ditularkan oleh tikus dan hewan pengerat lainnya. Umumnya, penyakit pes tersebar di daerah yang lingkungan padat penduduk dengan sanitasi yang buruk. Komplikasi penyakit dari tikus ini bisa berujung pada meningitis dan bahkan kematian.
Tapi, penyakit pes ternyata tidak hanya disebarkan lewat tikus. Hewan seperti kelinci, anjing, kucing yang kutunya sudah terinfeksi pes, juga bisa menjadi sumber penularan penyakit. Penularan terjadi jika Anda berkontak langsung atau tergigit oleh hewan tersebut.
3. Lymphocytic chorio-meningitis (LCM)
Lymphocytic chorio-meningitis adalah penyakit dari tikus yang disebabkan oleh virus choriomeningitis limfositik (LCMV), turunan virus Arenaviridae. LCM bisa dibawa oleh tikus yang biasanya ada di rumah-rumah.
Selain itu, virus ini juga bisa disebarkan oleh hewan pengerat peliharaan, seperti hamster. Jika Anda tergigit atau terkena air liur dan air kencing hewan tersebut, maka Anda berisiko tinggi mengalami penyakit infeksi ini.
Penyakit ini awalnya tidak akan menimbulkan gejala tertentu. Gejala baru timbul setelah 8-13 hari terinfeksi virus, menimbulkan gejala demam, kurang nafsu makan, nyeri otot, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala lain yang muncul bisa termasuk sakit tenggorokan, batuk, nyeri sendi, nyeri dada, nyeri testis, dan nyeri parotid (kelenjar ludah)
4. Rat Bite Fever (RBF)
RBF adalah penyakit yang disebabkan karena gigitan tikus akibat infeksi bakteri Spirillum minus atau Streptobacillus moniliformis. Penyakit yang cukup banyak terjadi di wilayah Asia dan Amerika utara ini juga bisa ditularkan lewat makanan dan minuman yang sudah dimakan atau terkena air liur tikus. Jika tidak diobati, RBF bisa menjadi penyakit yang serius atau bahkan fatal.
5. Hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS)
Sama seperti hantavirus, HFRS adalah demam yang muncul bersamaan dengan perdarahan (hemoragik) dan disertai sindrom ginjal (HFRS). HFRS termasuk penyakit seperti demam berdarah, demam berdarah epidemik, dan epidemi nephropathia. Penyebaran penyakit lewat tikus ini serupa dengan penyakit hantavirus.
Penyakit ini biasanya berkembang di dalam tubuh mulai dari 2 sampai 8 minggu setelah terinfeksi. Gejala awal bisa ditandai dengan sakit kepala sering, nyeri punggung dan perut, demam, menggigil, mual, dan penglihatan kabur. Terkadang, penyakit ini juga bisa ditandai dengan wajah, mata dan kulit yang berwarna agak kemerahan. Gejala parah juga bisa muncul ketika seseorang mengalami penyakit ini, yaitu tekanan darah rendah, syok akut, sampai gagal ginjal akut.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka upaya pengendalian untuk menekan populasi tikus harus dilakukan terus menerus. Peran serta dan kerjasama masyarakat / kelompok tani, penentu kebijakan dan tokoh masyarakat juga diperlukan selama proses pengendalian hama tikus.
Upaya Pengendalian
Mencermati dampak resiko tersebut, maka sangatlah penting untuk memperhatikan dan melakukan pengendalian terhadap hama tikus. Upaya-upaya pengendalian yang dilakukan terhadap serangan hama tikus sedapat mungkin harus terpadu, meliputi sedikitnya lima metode atau pendekatan.
Metode budidaya atau bercocok tanam, yaitu melakukan penanaman dan panen serentak dalam satu wilayah hamparan sawah dan ladang.Metode ini bertujuan untuk membatasi dan bahkan menghentikan masa tersedianya sumber makanan generatif yang dibutuhkan oleh tikus untuk berkembangbiak. Dengan metode ini perkembangbiakan tikus akan berhenti atau tidak berlangsung secara terus-menerus. Metode ini efektif dan efisien sebagai tindakan antisipatif di daerah pertanian tanaman pangan yang endemis tikus.
Metode mekanis, meliputi pendekatan antisipatif dan kuratif. Sebagai tindakan antisipatif untuk meminimalisir berkembangbiaknya tikus, maka perlu dilakukan sanitasi habitat pada area lingkungan lahan sawah dan ladang dengan membersihkan gulma dan semak-semak, supaya tikus tidak mempunyai kesempatan untuk membuat sarang. Sedangkan sebagai tindakan kuratif, pada saat sedang terjadi eksplosi serangan hama tikus, perlu melakukan gerakan massal penangkapan dan berburu tikus dengan anjing dan membongkar lubang-lubang tempat bersarangnya. Disamping itu, bisa juga dengan pemasangan perangkap-perangkap tikus, baik yang modern maupun tradisional. Juga bisa melakukan pemasangan bentangan plastik atau kelambu sebagai jebakan untuk tikus.
Metode biologis, yaitu memanfaatkan musuh alami tikus,seperti burung hantu, burung elang, kucing, anjing, ular tikus, dan lain-lain. Musuh alami tikus ini tidak boleh diganggu atau membunuhnya.
Metode kimiawi, yaitu menggunakan pestisida, seperti fumigasi dan rodentisida. Metode ini (terpaksa) dilakukan jika terjadi eksplosi hama tikus yang sangat tinggi.  Pendekatan ini sangat efektif dan efisien membunuh tikus dewasa beserta anak-anaknya di dalam sarang. Direkomendasikan supaya penggunaan fumigasi dan rodentisida harus sesuai dosis anjuran dan diterapkan hanya jika terjadi ledakan tikus pada awal musim tanam saja. Supaya tidak terjadi pencemaran lingkungan dan kemungkinan adanya residu pestisida pada produksi hasil pangan yang dipanen.
Dan terakhir metode tradisional dengan menggunakan kearifan budaya lokal setempat. Metode ini dilakukan berdasarkan keyakinan dan adat setempat. Secara empirik di banyak wilayah, masyarakat umum dan petani yang taat dengan tradisi leluhurnya, lahan pertanian pangannya, jarang tersentuh hama dan penyakit. Makanya bagi wilayah yang memiliki tradisi tersebut silahkan dilanjutkan sesuai dengan keyakinan masing-masing..
Demikianlah sedikit pengetahuan dan pengalaman penulis tentang pengendalian hama pengerat tikus. Agar masyarakat bisa sehat dan aman dari ancaman tikus ini diantaranya krisis bahan makanan, yang berpotensi negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, seperti busung lapar, kekurangan gizi, menurunkan pendapatan ekonomi serta timbulnya penyakit-penyakit berbahaya lainnya. Semoga artikel penyuluhan ini bermanfaat.

Yusran A. Yahya (Penyuluh Pertanian Sulawesi Selatan)
Sumber: (1) Leaflet “Metode Pengendalian Hama Tikus” oleh Y.A. Yahya, 2017; (2) www.suara.com, 5 Penyakit Tikus yang ditularkan ke Manusia; (3) Bahan Materi Pertemuan Lakususi Rumpun Bone Selatan “Hama Tikus pada Persawahan” 2017

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment