Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Gangguan Metabolisme pada Ternak Ruminansia

DIOLUHTAN-suluhtani. Keberhasilan setiap usaha peternakan tidak hanya bergantung atas faktor- faktor bibit, pakan, dan manajemen, akan tetapi bergantung pula terhadap faktor penyakit. Usaha yang telah dirintis dengan susah payah akan jadi sia sia, bila peternak tidak memperhatikan kesehatan ternak. Oleh karena itu pengendalian penyakit menjadi lebih utama dibandingkan pengobatan terhadap penyakit yang telah berjangkit di suatu peternakan. Berdasarkan penyebabnya, penyakit dikelompokkan ke dalam enam kelompok, yaitu :
1. Penyakit yang diakibatkan oleh parasit.
2. Penyakit yang diakibatkan oleh virus.
3. Penyakit yang diakibatkan oleh bakteri.
4. Penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme.
5. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor keturunan (genetik).
6. Penyakit yang diakibatkan oleh kesalahan nutrisi, penatalaksanaan atau lingkungan.
Selain berdasarkan penyebabnya, penyakit dapat pula dikelompokkan berdasarkan sistem tertentu di dalam tubuh ternak, antara lain ;
Penyuluh/Mantri Hewan berada di Kandang Kambing milik Petani

1. Penyakit pada sistem pencernaan.
2. Penyakit yang menyerang hati.
3. Penyakit pada sistem cardiovaskuler.
4. Penyakit pada darah dan organ-organ pembentuk darah.
5. Penyakit pada sistem urinary (saluran kencing).
6. Penyakit pada sistem saraf.
7. Penyakit pada perototan dan pertulangan
8. Penyakit pada kulit.
9. Penyakit pada sistem reproduksi.
Pada ulasan singkat ini akan dibahas khusus tentang penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
yang terjadi pada tubuh ternak ruminansia.
1. Bloat (Kembung perut, Timpani ruminal, Tympanitis, Hoven, Meteorism)
Bloat/ kembung perut merupakan bentuk penyakit/ kelainan alat pencernaan yang bersifat akut, yang disertai penimbunan gas di dalam lambung ternak ruminansia. Penyakit kembung perut pada sapi lebih banyak terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi pedaging atau sapi pekerja.
a. Penyebab
Bloat/ kembung perut dapat disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
1. Faktor makanan/pakan: a) Pemberian hijauan Leguminosa yang berlebihan; b) Tanaman/ hijauan yang terlalu muda; c) Biji bijian yang digiling sampai halus; d) Imbangan antara pakan hijauan dan konsentrat yang tidak seimbang (konsentrat lebih banyak); e) Hijauan yang terlalu banyak dipupuk dengan Urea; f) Hijauan yang dipanen sebelum berbunga (terlalu muda) atau sesudah turunnya hujan terutama pada daerah yang sebelumnya kekurangan air; g) Makanan yang rusak/ busuk/ berjamur dan h) Rumput/ hijauan yang terkena embun atau terkena air hujan.
2. Faktor ternak itu sendiri : a) Faktor keturunan; b) Tingkat kepekaan dari masing masing ternak; c) Ternak bunting yang kondisinya menurun; d) Ternak yang sedang sakit atau dalam proses penyembuhan; e) Ternak yang kurang darah (anemia); dan f) Kelemahan tubuh secara umum.
b. Penularan
Penyakit ini tidak menular.
Tanda tanda penyakit: a) Perut sebelah kiri membesar, menonjol keluar dan kembung berisi gas; b) Ternak tidak tenang, gelisah, sebentar berbaring lalu segera bangun; c) Ternak mengerang kesakitan; d) Nafsu makan turun bahkan tidak mau makan; e) Ternak bernapas dengan mulutnya; f) Pada saat berbaring, ternak menjulurkan lehernya untuk membebaskan angin/ gas dari perut.
c. Pencegahan
Pencegahannya antara lain: a) Jangan menggembalakan/ melepas ternak terlalu pagi, karena rumput masih mengandung embun; b) Jangan membiarkan ternak terlalu lapar; c) Hijauan yang akan diberikan hendaknya dilayukan terlebih dahulu; d) Jangan memberikan makanan yang sudah rusak/ busuk/ berjamur; e) Jangan memberikan rumput muda atau rumput yang basah karena embun/hujan dan rumput yang bercampur kotoran; f) Menghindari leguminosa yang terlalu banyak dalam ransum; g) Hindari pemberian rumput/ hijauan yang terlalu banyak, lebih baik memberikan sedikit demi sedikit tetapi sering kali.
d. Pengobatan
1. Secara medis
a. Anti Bloat (bahan aktif: Dimethicone), dosis sapi/ kerbau: 100 ml obat diencerkan dengan 500 ml air, sedang untuk kambing/ domba: 25 ml obat diencerkan dengan 250 ml air, kemudian diminumkan.
Mantri Hewan/PPL, Yusran A. Yahya, memberikan Larutan Dimethicone

b. Wonder Athympanicum, dosis: sapi/ kerbau: 20 – 50 gram, sedang untuk kambing/ domba: 5 – 20 gram, dicampur air secukupnya, kemudian diminumkan.
2. Secara tradisional.
a. 100 – 200 ml minyak goreng/ minyak kelapa dicampur minyak kayu putih/minyak atsiri lainnya, kemudian diminumkan.
b. Ternak diberi gula merah yang disedu dengan asam Jawa.
c. Jahe (secukupnya) digiling, tambahkan 1 sendok teh kopi bubuk, campurkan dengan 100 – 150 ml air . Berikan setiap hari sampai sembuh.
d. Jahe (secukupnya) digiling, gosokkan pada tubuh ternak 1- 3 kali/hari.
e. Berikan daun pepaya segar sebagai pakan.
f. Satu sendok teh kopi bubuk, satu sendok teh garam, campurkan dengan air sebanyak 100 – 150 ml. Berikan setiap 2 kali sehari sampai sembuh.
e. Hubungan Kesehatan Masyarakat:
Tidak ada, artinya penyakit ini tidak menular kepada manusia dan apabila dipotong dagingnya dapat dikonsumsi.
2. Ketosis
Ketosis adalah kelainan fisiologis yang biasanya terjadi pada sapi perah beberapa minggu post partum. Tanda-tanda ketosis antara lain anorexia, atony rumen, konstipasi, turunnya produksi susu dan penurunan berat badan.
Kelainan ini dapat terjadi dalam bentuk primer ataupun sekunder. Ketosis primer adalah kelainan metabolik yang terjadi apabila tidak disertai kondisi patologis lainnya, sedangkan ketosis sekunder adalah dampak dari kelainan patologis lainnya seperti milk fever, mastitis, metritis atau retensio sekundinarum. Mekanisme yang menyebabkan ketosis belum diketahui dengan pasti.
Salah satu penyebab utamanya adalah kebutuhan glukosa yang meningkat untuk sintesa susu pada awal masa laktasi karena sapi akan memanfaatkan cadangan lemak tubuh sebagai sumber energi. Namun oksidasi asam lemak yang tidak sempurna terjadi dan terbentuk badan-badan keton, level gula darah turun, keton dalam darah meningkat dan terjadi infiltrasi lemak dalam jaringan hati.
Faktor penyebab kunci terjadinya ketosis yaitu tidak cukupnya pasokan energi dan protein setelah sapi beranak. Pengobatan yang sering dilakukan pada sapi yang menderita ketosis adalah infus glukosa intravena. Dalam beberapa kejadian injeksi glukokortikoid juga sering dilakukan.
Tindakan terbaik yang dapat dilakukan adalah pemberian pakan yang sangat palatable yang akan menstimulasi pasokan bahan kering dan energi. Ketosis dapat dicegah dengan pemberian ransum seimbang pada masa awal laktasi dan memaksimalkan pasokan bahan kering pada ransumnya. Hendaknya sapi diberikan hijauan dengan kualitas yang baik terutama pada awal masa laktasi. Perhatian khusus sangat diperlukan pada masa kering kandang, sapi tidak boleh terlalu gemuk.
Pemberian niacin pada ransum 2 minggu sebelum melahirkan sampai dengan 10 hari setelah melahirkan dapat membantu mencegah terjadinya ketosis
3 Grass Tetany
Grass Tetany adalah gangguan metabolisme yang serius diindikasikan dengan rendahnya level magnesium dalam darah. Grass tetany juga disebut grass staggers dan white pasture poisoning. Penyakit ini biasanya terjadi pada induk betina yang sedang menyusui anaknya kurang dari umur dua tahun, namun penyakit ini juga dapat terjadi pada sapi perah dara maupun pada fase kering serta dapat terjadi pada pedet pada fase pertumbuhan. Hal tersebut sering terjadi pada ternak sapi yang menkonsumsi rumput dengan kadar air yang tinggi atau rumput yang umurnya mash terlalu muda biasanya terjadi pada ternak yang dipelihara di lahan penggembalaan.
Pemupukan yang kaya nitrogen akan mengakibatkan penurunan ketersediaan magnesium, khususnya untuk tanah yang tinggi kadar potassium atau aluminium. Grass tetany sering terjadi pada musim dingin (suhu pada kisaran 45-60 ºF), ketika rumput tumbuh dengan subur atau saat musim gugur diikuti dengan tumbuhnya tanaman baru.
Grass tetany ditandai dengan tidak terkoordinasinya pergerakan dan diakhiri dengan, menggigil koma, dan kematian. Ternak-ternak pada lahan penggembalaan diketahui megalami kematian tanpa sakit. Menggigil biasanya tampak pada ternak jika ternak menderita grass tetany hingga mengalami kematian.
Tindakan pencegahan tergantung besarnya kondisi penyebab timbulnya penyakit tersebut yang harus ditangani. Kurangi akses ternak terhadap hijauan yang beresiko tinggi jika mengkonsumsinya. Sapi jantan, sapi dara, sapi perah, dan induk sapi yang memiliki anak berumur lebih dari 4 bulan rentan terserang penyakit ini.
Penggunaan dolomit atau batu kapur yang kaya magnesium pada hijauan termasuk leguminosa dalam padang campuran akan menurunkan resiko terserangnya penyakit grass tetany pada ternak umbaran. Suplementasi akan meningkatkan lavel magnesium dalam darah dan mengeliminir kejadian grass tenany selain itu pemberian magnesium pada pakan dalam jumlah yang sesuai juga dapat mencegah timbulnya penyakit tersebut.
4. Milk Fever
Kasus milk fever (hypocalcemia) ditemukan selama duapuluh tahun terakhir pada peternakan domba. Domba betina yang sedang menyapih selama dua sampai tiga minggu. Domba betina yang berukuran sedang, galur murni Katahdin dikawinkan dengan domba jantan ¾ Dorper. Memperoleh 2 lbs pakan barley per hari dan 2 lbs campuran rumput/clover hay, yang pemberiannya tidak secara bersamaan. Domba-domba tersebut juga menapatkan campuran mineral secara bebas. Setelah beberapa hari ditemukan domba-domba tesebut mengalami kelumpuhan. Kondisi tersebut dimungkinkan adalah milk fever, permasalahan yang timbul selama periode akhir masa kebuntingan. Domba-domba tersebut menerima pakan yang rendah kandungan kalsiumnya. Berley dan rumput-rumputan relatif rendah kandungan kalsiumnnya, sehingga tidak banyak kontribusinya jika diberikan pada ternak.
Khususnya untuk ternak pada periode akhir kebuntingan tidak direkomendasikan memberikan hanya hijauan berupa rumput-rumputan.
Demikianlah ulasan singkat mengenai gangguan metabolisme yang terjadi pada ternak ruminansia seperti penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh gangguan metabolisme yang meliputi bloat, grass titany, ketosis dan milk fever. Semoga bermanfaat bagi para petani, khususnya penyuluh pertanian dan stake holder peternakan lainnya.
Re-suluh: Yusran A. Yahya NS
Sumber Kutipan: Bahan Ajar Ilmu
 Nutrisi Ruminansia UGM, 2012

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment