Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Katak Pinokio, Spesies Hewan Unik dari Papua

DIOLUHTAN-suluhtani. Dilansir oleh www.lipi.go.id pada tahun 2010. Sebuah ekspedisi ilmiah menemukan sejumlah spesies baru di Pegunungan Foja, di Pulau Guinea Baru, Provinsi Papua. Salah satunya jenis katak baru yang pantas disebut katak Pinokio karena memiliki bagian tubuh memanjang di mukanya.
Spesies baru itu yakni katak (Litoria sp nov) yang diamati memiliki benjolan panjang pada hidung seperti pinokio yang menunjuk ke atas bila ada ajakan dari jenis jantan serta mengempis dan mengarah ke bawah bila aktivitasnya berkurang. Katak ini ditemukan herpetologis, Paulus Oliver, secara kebetulan. 
Foto: lipi.go.id

Kepala Komunikasi Conservation International (CI) Elshinta S Marsden saat itu mengatakan, katak tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak spesies baru yang ditemukan selama Conservation International s Rapid Assessment Program (RAP) pada tahun 2008. Ekspedisi ini merupakan kolaborasi ilmuwan dari dalam dan luar negeri, termasuk para peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Selain katak pinokio, spesies baru yang ditemukan lainnya, antara lain, tikus besar berbulu, tokek bermata kuning berjari bengkok, merpati kaisar, walabi kerdil (Dorcopsulus sp nov) anggota kanguru terkecil di dunia, serta seekor kanguru pohon berjubah emas yang sudah sangat langka penampakannya, dan sangat terancam keberadaannya karena perburuan dari bagian wilayah Guinea Baru lainnya.
Kejutan terbesar dari ekspedisi itu datang ketika seorang ornitologis, Neville Kemp, melihat sepasang merpati kaisar yang baru ditemukan (Ducula sp nov) dengan bulu-bulu yang terlihat berkarat, agak putih, dan abu-abu. Temuan lainnya yang direkam selama survei RAP itu, antara lain, kelelawar kembang baru (Syconycteris sp nov) yang memakan sari bunga dari hutan hujan, seekor tikus pohon kecil (Pogonomys sp nov), seekor kupu-kupu hitam dan putih (Ideopsis fojana) yang memiliki hubungan dengan jenis kupu-kupu raja pada umumnya, dan semak belukar berbunga yang baru (Ardisia hymenandroides). "Untuk menentukan temuan tersebut betul-betul terbaru perlu diteliti dulu famili dan habitatnya. Hal itu butuh waktu bertahun-tahun," katanya. Kepastian penemuan itu diungkapkan dalam rangka menandai peringatan Hari Keanekaan Ragam Hayati se-Dunia (International Day for Biological Diversity) pada 22 Mei.
Pada ekspedisi RAP yang didukung The National Geographic Society dan Smithsonian Institution ini, para ahli biologi bertahan menghadapi hujan badai yang lebat dan banjir bandang yang mengancam sambil terus melacak spesies-spesies, mulai dari bukit rendah di Desa Kwerba sampai ke puncaknya pada kisaran 2.200 meter di atas permukaan laut.

Peneliti Temukan Katak 'Pinokio' dan 2 Spesies Baru Lain di Papua
Dalam ekspedisi lainnya di Pulau Papua mengungkap temuan spesies baru. Para peneliti dalam ekspedisi di Papua tersebut menemukan tiga spesies katak pohon baru.
Temuan-temuan itu telah dipublikasikan di jurnal Zootaxa. Ketiga spesies itu termasuk dalam keluarga katak pohon Litoria. Mereka adalah spesies katak yang langka. Sebab, sejauh ini para peneliti baru sekali melihat ketiga spesies itu.
Adapun ketiga spesies katak itu adalah Litoria pinocchio, Litoria vivissimia, dan Litoria pterodactyla.
Katak L. pinocchio sepintas terlihat seperti katak pohon biasa. Namun setelah diamati lebih dekat, katak ini memiliki sebuah keunikan, yakni sebuah "hidung" sepanjang 2,5 milimeter.
Lalu ada katak L. vivissimia yang kalau diterjemahkan namanya berarti "monyet nakal". Katak ini juga memiliki benjolan serupa di bagian hidungnya. "Rasanya alasannya cukup jelas atas kenapa kami memberinya nama Litoria pinocchio. Itu merujuk pada tonjolan unik di antara lubang hidung si katak," jelas Dr Paul Oliver dari Griffiths University sekaligus pemimpin riset.
"Sementara Litoria vivissimia yang berarti 'monyet nakal', kami mungkin telah tanpa sadar melewati spesies ini, tapi hanya pernah melihatnya sekali. Kami pikir ini karena mereka mungkin berada di atas pohon, menertawakan kami," lanjutnya, seperti dilansir IFL Science.
Para peneliti menduga tonjolan di hidung menjadi patokan katak L. pinocchio dalam mencari pasangan. Selain itu, para peneliti juga menduga bahwa tonjolan tersebut dimanfaatkan sebagai alat untuk berkamuflase.
Yang ketiga, adalah jenis katak yang "terjun payung". Ini adalah jenis katak yang biasa hidup di atas pohon dan berpindah ke pohon lain dengan meloncat lalu meluncur sambil memanfaatkan selaput kakinya.
Para peneliti menamakannya Litoria pterodactyla. Namanya diambil dari dinosaurus terbang Pterodactyl. Berdasarkan deskripsi para peneliti, katak ini memiliki kaki hijau dengan paha dalam berwarna keunguan. "Namanya katak ini kalau diterjemahkan adalah 'jari bersayap', ini merujuk pada jari-jari panjang berselaput ungunya miliknya. Katak ini menggunakannya itu untuk terjun dari satu pohon ke pohon lain," jelas Oliver.
Dalam 10 sampai 20 tahun terakhir banyak temuan spesies katak baru di Indonesia, khususnya Pulau Papua. L. pinocchio sendiri ditemukan di Pegunungan Foja, Papua.
Sementara L. vivissimia ditemukan tengah-tengah rangkaian pegunungan Central Cordillera yang memanjang di Pulau Papua. Secara morfologi, L. vivissimia mirip dengan spesies katak L. pronimia. Tapi, lokasi penemuan L. vivissimia 1.000 meter lebih tinggi daripada lokasi biasa spesies L. pronimia. Sedangkan L. pterodactyla ditemukan di sebuah hutan di sebuah bukit di Papua Nugini. 
Editor: Y.A.Yahya
Sumber : LIPI dan Kumparan (klik berita Asli)






Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment