Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Maaf Puang.... Jangan lagi Bakar Jerami ta'

Bila kita melihat potensi jerami yang begitu besar di Indonesia maka sudah saatnya para petani menggunakan jerami sebagai solusi bagi kelangkaan pupuk. Berdasarkan penelitian para ahli, ternyata didapatkan hasil komposisi dan  hara untuk jerami dihitung dari berat kering jerami/ton. Berikut ini hasil analisa kompos jerami padi yang dibuat dengan promi dengan waktu pengomposan 3 minggu:
Rasio C/N 18,88
C Organik 35,11%
Hara N 1,86%
Hara P2O5 0,21%
Hara K2O 5,35%
Kadar Air 55%
Menurut Kim and Dale (2004) potensi jerami kurang lebih adalah 1,4 kali dari hasil panennya. Jadi kalau panennya (GKG) sekitar 6 ton per ha, jeraminya tinggal dikali dengan 1,4 yaitu 8,4 ton jerami per ha. Jika jerami ini dibuat kompos dan rendemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 5,04 ton kompos jerami padi.

Bila kita memasukan jerami ke dalam sawah maka pada hakekatnya kita telah membuat sawah kita sehat. Mengapa?
Pertama, kita menaikkan kadar organik dalam tanah sawah. Selama ini dengan penggunaan pupuk kimia membuat kadar organik sawah di indonesia makin berkurang. Bahkan di bawah 1 %, padahal yang ideal sawah memiliki kadar organik > 3-5 %.
Kedua, membuat struktur tanah jadi remah dengan demikian terjadi sirkulasi O2 yang menguntungkan bagi jasad renik dan hewan-hewan kecil
Ketiga, di dalam jerami padi seperti yang saya jelaskan sudah terdapat hara N, P, K dll sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik/kimia. Dengan demikian dapat menghemat pengeluaran petani.
Keempat, bisa menaikkan Ph tanah mendekati pH netral. Semakin mendekati Ph netral maka kondisi tanah sawah semakin baik.
Kelima, jerami  menjadi media biak bagi mikroorganisme dan jesad renik. Setelah hal itu terjadi, berkembanglah cacing-cacing kecil. Selanjutnya berkembanglah anak katak,
Keenam, dan lain-lainnya.
Setelah kita mengetahui hasil analisa kandungan kompos jerami padi sudah pasti kita harus memanfaatkannya untuk mengurangi biaya budidaya padi kita dan ada yang lebih penting lagi yaitu untuk mengembalikan kesuburan tanah kita. Jangan hanya mengambil solusi yang serba praktis dan mudah dengan cara membakar jerami.
Jerami Padi sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi
Khusus untuk produk sampingan berupa jerami padi, walaupun potensinya sangat besar namun belum sepenuhnya dimanfaatkan. Yang dimaksud dengan jerami padi adalah bagian batang  pada tanaman padi yang sudah dipanen , tetapi tidak termasuk akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit.
Sebagian besar jerami padi (37%) hanya dibakar di sawah untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak.
Ketersediaan jerami padi khususnya di pedesaan memang  cukup terjamin. Setiap hektar tanaman padi dapat menghasilkan limbah jerami padi sebesar 12-15 ton/panen atau bervariasi tergantung dari varietas padi.  Jika dalam satu tahun ada dua kali panen, produksi jerami  dari lahan seluas 1 hektar cukup untuk dimakan oleh 2-3 ekor sapi dewasa selama satu tahun.
Khusus untuk produk sampingan berupa jerami padi, walaupun potensinya sangat besar namun belum sepenuhnya dimanfaatkan. Yang dimaksud dengan jerami padi adalah bagian batang  pada tanaman padi yang sudah dipanen , tetapi tidak termasuk akar dan bagian batang yang tertinggal setelah disabit.
Sebagian besar jerami padi (37%) hanya dibakar di sawah untuk pupuk, dijadikan alas kandang (36%) yang kemudian dijadikan kompos dan hanya sekitar 15% sampai 22% yang digunakan sebagai pakan ternak.
Ketersediaan jerami padi khususnya di pedesaan memang  cukup terjamin. Setiap hektar tanaman padi dapat menghasilkan limbah jerami padi sebesar 12-15 ton/panen atau bervariasi tergantung dari varietas padi.  Jika dalam satu tahun ada dua kali panen, produksi jerami  dari lahan seluas 1 hektar cukup untuk dimakan oleh 2-3 ekor sapi dewasa selama satu tahun.
Namun ada beberapa kendala yang harus diperhitungkan jika akan menggunakan jerami padi untuk pakan ternak sapi yaitu :
  • Sumber dari jerami padi biasanya tersebar dibanyak tempat, oleh sebab itu memerlukan tambahan biaya untuk mengumpulkannya
  • Nilai gizi jerami padi juga sangat rendah, kandungan proteinnya hanya  4,5 – 5,5 % ;  dan lemak 1,4 – 1,7%
  • Tingkat kecernaan hanya  30 % ( seandainya makan 10 kg jerami maka yang diserap hanya 3 kg, sisanya hanya mendjadi  kotoran ), bandingkan dengan rumput gajah dimana tingkat kecernaannya mencapai  52 %
  • Adanya ikatan fisik dan ikatan kimia antara selulosa, hemiselulosa, lignin dan silica (Ranjhan, 1977) yang mempersulit kerja rumen untuk mengurai jerami padi. Hal ini secara fisik dapat dilihat dari penampilan yang liat dan sukar putus.

Oleh sebab itu, untuk dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai pakan ternak sapi, jerami padi harus diolah terlebih dahulu. Ada dua cara yang biasa dilakukan yaitu :
  1. Mengoptimumkan lingkungan saluran pencernaan terutama rumen.
  2. Dapat dilakukan dengan pemberian bahan pakan suplemen yang mampu memicu pertumbuhan mikroba rumen pencerna serat seperti bahan pakan sumber protein.
  3. Meningkatkan nilai nutrisi dan kecernaan.

M. Chenost, seorang peneliti dari Institut national de la recherche agronomique  (INRA) dalam bukunya yang berjudul Roughage Utilization in Warm Climate  menjelaskan, pengolahan jerami terdiri atas beberapa teknik , yaitu : Perlakuan fisik (physical treatment technique), Perlakuan biologis (biological treatment) dan Perlakuan kimiawi (chemical technique).
Sumber : www.sinartani.com, foragri.blogsome.com dan berbagai sumber lainnya

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment