Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Penyuplai Lada di Kawasan Timur Indonesia


Dinas Pertanian Luwu Timur terus berbenah menggenjot produktivitas pelbagai komoditas tanaman perkebunan di beberapa kecamatan. Hal ini dimaksudkan untuk mempercepat visi daerah yang berjuluk Bumi Batara Guru tersebut menjadi daerah agro industri pada 2015.  
Salah satu komoditi pertanian yang saat ini digeluti warga di Luwu Timur adalah lada.  Berdasarkan data dari Dinas Pertanian setempat menyebutkan,  luas areal tanaman lada di 11 kecamatan pada 2012 telah mencapai 2.556, 8 hektare. Luasan ini terbagi atas tiga areal tanaman. Pertama, yang  belum menghasilkan (TBM) 1.091, 9 hektare. Kedua, tanaman menghasilkan (TM) 1.294,1 hektare. Ketiga, tanaman tua (TT) 168, 7 hektare.

"Dari luasan lahan sebesar itu, mayoritas terdapat di Kecamatan Towuti dengan luas lahan mencapai 1.420,25 hektare, disusul Burau 470,67 hektare, dan kecamatan Tomoni 241, 16 hektare. Kondisi itu menjadi kami sebagai salah  satu daerah penyumbang lada nasional untuk kawasan Timur,” ujar Kadis Pertanian Luwu Timur, Nursih Hariani.
Produktivitas yang dihasilkan, tambah dia,  rata-rata 0,98 ton  per hektare. Pada tahun 2012, misalnya, total produksi lada di Kabupaten Luwu Timur mencapai 1.127, 92 biji kering. Untuk Kecamatan Towuti produksi yang dihasilkan sebesar 511,84 ton, Burau 372, 28 ton dan Malili 89, 25 ton.
"Pada tahun lalu, jumlah petani yang berkecimpung dalam tanaman lada di seluruh kecamatan mencapai 2.739 KK," bebernya.
Menurut Nursih, kualitas dan kuantitas produksi petani menjadikan Luwu Timur juga sebagai sentra produksi lada terbesar di Kawasan Timur Indonesia. "Kecamatan Towuti sebagai penyumbang terbesar. Sebab, selama ini memang menjadi pusat pengembangan lada, yakni pada tiga desa, masing-masing Desa Loeha, Bantilang dan Tokalimbo.Bahkan, dari hasil penelitian menyimpulkan,  tanaman lada di desa tersebut telah dikembangkan sejak tahun  1960-an dan sempat vacum beberapa tahun lamanya, sebelum dikembangkan lagi pada tahun 1998 hingga sekarang dengan kualitas yang tinggi," sebut Nursih.
Untuk menghindari serangan hama pada tanaman lada serta  meningkatkan daya dukung lahan/tanah, maka pihaknya mendampingi patani dalam melakukan pengapuran dan penambahan bahan organik. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah.
Tanaman lada menghendaki pH tanah 5,5 - 7,0.  Untuk meningkatkan pH bagi tanah berpasir dari 4,5 ke 5,5 dibutuhkan kapur pertanian 600 kg /ha dan dari pH 4,5 ke 6,5 dibutuhkan kapur 900 kg/ha (Anonim, 2007). Khusus kebutuhan bahan organik adalah 10 – 15 t/ha.
"Penambahan bahan organik bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, menambah unsur hara, dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme antagonis dalam tanah,” kata Nursiah. 

sumber : Fajar.co.id

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment