Hambatan
pemanfaatan jerami padi sebagai sumber pakan ternak adalah rendahnya nilai
nutrisi bila dibandingkan dengan hijauan pakan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka dapat diperbaiki dengan teknologi
untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi.
Cara
yang relatif murah, praktis dan hasilnya sangat disukai ternak sapi
adalah melalui proses fermentasi dengan menambahkan bahan mengandung urea,
mikroba proteolitik, lignolitik, selulitik, lipolitik dan bersifat fiksasi
nitrogen nonsimbiotik.
Proses
fermentasi sederhana dengan urea (amoniasi) dapat mempercepat proses fermentasi
untuk disimpan sebelum digunakan sebagai pakan ternak. Prinsipnya, jerami dilunakkan kemudian ditambahkan
amoniak atau nitrogen ke dalamnya, agar protein dan serat kasarnya dapat
dicerna dan jumlah bakteri pencernaan dalam perut sapi bertambah jumlahnya
sehingga lebih baik mencernanya.
Beberapa penelitian
melaporkan bahwa kandungan protein kasar pada jerami padi fermentasi meningkat
dari 5,36% menjadi 6,78%. Penelitian lain menyebutkan bahwa proses fermentasi
dapat menurunkan kandungan residu pestisida golongan organokhlorin (OC) maupun
organofosfat (OP), yang dapat membahayakan kesehatan ternak dan produk ternak
yang dihasilkan.
Sementara
fermentasi dengan menggunakan probiotik bisa dilakukan melalui dua tahap, yaitu
tahap fermentasi dan pengeringan/penyimpanan. Bahan-bahan yang digunakan untuk
menghasilkan 1 ton jerami fermentasi probiotik adalah: 1 ton jerami padi segar,
probiotik sesuai dosis anjuran, Urea 2,5 kg, dan air secukupnya.
Tahap
kedua adalah proses pengeringan dan penyimpanan jerami padi fermentasi.
Pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari dan dianginkan sehingga cukup
kering sebelum disimpan pada tempat yang terlindung. Setelah proses pengeringan
ini, maka jerami padi fermentasi dapat diberikan pada ternak sebagai pakan pengganti rumput segar.
Yusran A. Yahya