Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Waspadalah.... Resiko Mengkonsumsi Bakso dengan Campuran Jantung Sapi

Bakso adalah jenis olahan masakan dari daging yang umumnya berbentuk seperti bola. Sebagian besar Bakso dibuat dari campuran bahan baku dari daging sapi yang digiling, kemudian dicampur dengan  tepung tapioka.
Pada saat akan dinikmati, bakso akan disajikan dengan kuah kaldu sapi bening yang masih panas, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri.
Nama Bakso berasal dari dari kata "Bak-So", yang merupakan Bahasa Hokkien yang arti harafiahnya adalah 'daging babi giling'. Namun di Indonesia, karena sebagian besar penduduknya adalah muslim, maka bakso lebih banyak dibuat dari daging yang halal, umumnya adalah  daging sapi.
Jenis makanan ini sangat popular di Indonesia, penggemarnya tidak lagi dibatasi oleh usia dan tingkat ekonomi. Oleh sebab itu mudah sekali menemukan bakso diseluruh wilayah Indonesia, tentunya dengan harga yang bervariasi.

Rasa dan aroma bakso, sangat ditentukan oleh komposisi dan jenis dagingnya. Daging sapi yang segar dengan kualitas baik akan bisa menghasilkan bakso yang baik pula. Daging segar yang bebas urat, dan sedikit mengandung lemak seperti bagian lemusir,sengkel dan gandik, adalah pilihan utama dari produsen/pedagang bakso.
Namun, sebagai pelaku usaha, banyak produsen/pedagang bakso mencoba mencari celah dari penggunaan bahan baku daging sapi segar ini. Dengan berbagai alasan, seperti menyiasati harga daging sapi yang terus melambung, atau untuk menurunkan harga jual agar lebih terjangkau oleh konsumen, produsen/pedagang bakso ini mengakali bahan baku daging sapi segar ini dengan bahan daging yang lain, seperti daging sapi beku (impor) dan jantung sapi (impor).
Sebenarnya tidak menjadi masalah jika bakso dibuat dari daging maupun jantung yang diimpor, selama dilakukan dengan prosedur yang benar. Namun pada kenyataannya, prosedur impor jantung sapi seringkali bermasalah, atau tidak dilakukan dengan prosedur alias ilegal.
Ada dua resiko yang harus dihadapi konsumen pada bakso yang menggunakan jantung sapi sebagai bahan pencampur yaitu  :
1.Penyakit
Di Amerika, Eropa, Australia dan negara-negara maju lainnya, jeroan sapi tidak lagi dikonsumsi manusia. Hati, jantung, limpa dan bagian isi perut lainnya dinilai rawan terhadap penularan berbagai jenis penyakit. Jika sapi terserang penyakit, umumnya bagian jeroan itulah yang pertama kali terkena dampaknya. Oleh sebab itu, masyarakat di Negara-negara seperti tersebut diatas, tidak mengkonsumsinya. Lantas mengapa mereka meng-ekspornya ke Indonesia ?
Alasan yang paling masuk akal adalah, komoditi tersebut ternyata masih bernilai, apalagi diimpor secara ilegal. Kebutuhan yang sangat besar untuk campuran bakso, membuat jantung sapi termasuk komoditi yang sangat laku di Indonesia. Selain karena struktur serta dagingnya yang melintang menyerupai daging sapi, harga jantung sapi juga jauh lebih murah dibandingkan daging sapi lokal. Harganya bisa hanya setengah dari harga daging sapi segar. Dengan perbedaan harga yang cukup signifikan ini, pedagang bakso dapat menjual produknya dengan harga yang lebih murah dan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
2.Kehalalan
Hati, jantung atau jeroan lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daging sapi. Artinya jika sapi tersebut disembelih secara halal, maka seluruh bagiannya menjadi halal. Sebaliknya, jika sapi tersebut tidak disembelih sesuai dengan syariat Islam, maka seluruh bagiannya menjadi tidak halal, termasuk daging, tulang, kulit dan jerohannya.
Jika yang digunakan membuat bakso adalah jantung sapi yang diimpor secara ilegal, kita tidak pernah tahu kehalalannya. Apalagi jika menghitung jumlah jantung sapi impor yang beredar di Indonesia, angkanya tidak cocok dengan jumlah total pemotongan sapi di RPH yang memenuhi strandar halal didaerah asalnya.
Angka impor jeroan yang dilakukan Indonesia, dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan. Impor tersebut mencakup jantung, hati, paru dan limpa. Data yang menarik, bagian yang paling banyak diimpor adalah jantung, bukan lagi hati.
Pemerintah sendiri, melalui Dirjen Peternakan, telah membatasi masuknya jeroan, terutama yang tidak jelas asal dan status kesehatannya. Namun pada kenyataannya, banyak sekali jantung sapi yang masuk ke Indonesia  melalui jalur-jalur yang tidak resmi, sehingga keberadaannya sulit dilacak. Oleh sebab itu, Jantung sapi yang beredar di pasaran rata-rata dijual dengan cara tersembunyi (tidak dipajang).
Sumber :  id.wikipedia.org, www.anneahira.com dan groups.yahoo.com
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment