Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Alternatif Pemasaran Sapi dengan Villa Sapi

Pemasaran ternak sapi selama ini menjadi persoalan rumit, terutama bagi peternak. Peternak menjadi pihak yang kerap dirugikan, karena posisi tawarnya lemah. Harga sapi di tingkat peternak menjadi sangat rendah di bawah biaya produksi. Dalam beberapa tahun terakhir, harga ternak sapi hanya berkisar Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu/kg berat hidup.
Kondisi tersebut membuat Eko Dodi Pamono, Sarjana Membangun Desa (SMD) Sapi Potong Kelompok Ternak Terpadu (Sapo KTT), Bangun Rejo, Desa Polosiri tergerak membangkitkan gairah peternak sapi. Apa yang dilakukan memang belum banyak terpikirkan banyak orang.
Bersama rekan-rekannya sesama SMD di Semarang, Eko berinisiatif mendirikan vila sapi. “Vila sapi ini sebagai alternatif pemasaran sapi dengan sistem tertutup,” kata Eko kepada Sinar Tani di sela-sela Gelar Teknologi SMD di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dengan model villa sapi, pemasaran sapi akan lebih transparan, adil dan amanah. Sebab peternak akan mendapatkan harga sesuai dengan berat badan sapi. SMD juga akan memberikan pendampingan teknologi kepada peternak.

Eko menjelaskan, KTT Bangun Rejo memberikan solusi bagi peternak dalam berniaga yakni dengan program tunda potong. Caranya dengan resi kandang melalui vila sapi. Di dalam vila, ternak sapi akan dipelihara dahulu sebelum kemudian dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH).

“Vila sapi akan memotong mata rantai pemasaran yang selama ini telah berjalan,” katanya. Seperti diketahui tata niaga ternak sapi cukup panjang dari peternak ke belantik lalu ke pasar hewan kemudian ke pedagang besar, baru kemudian ke RPH. Akibatnya harga sapi di peternak menjadi sangat rendah, sedangkan keuntungan terbesar berada di tangan belantik.
Sumber : Sinar Tani (editor : Ahmad Soim)
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment