DIORAMA
PENYULUHAN PERTANIAN-Manage. Peternakan di
Indonesia harus mengubah strategi agar mampu bertahan dan bahkan mampu bersaing
dengan produk luar baik dalam memperebutkan pasar nasional maupun pasar internasional. Dalam
kaitannya dengan hal tersebut di atas, penulis mengemukakan sepuluh dasar
peternakan yang harus dikembangkan dan diterapkan di Indonesia. Sepuluh dasar
tersebut yang penulis namakan Dasasila Peternakan telah diseminarkan di forum
seminar nasional yang diselenggarakan pada tanggal 17 Mei 2004 di Bengkulu.
Konsep ini meliputi hal-hal diantaranya adalah Sila keempat
yaitu penciptaan bibit unggul.
Idealnya, jika sistem peternakan yang bersifat universal
terbentuk, maka bibit unggul tidaklah harus diproduksi di masing-masing negara.
Namun, dalam alam empiris hal ini sangat sulit untuk diterapkan. Oleh sebab
itu, agar dunia peternakan dapat berkembang di tingkat nasional, kita
seharusnya menciptakan bibit unggul yang khas. Mungkin kita akan kalah bersaing
dengan negara lain dalam hal penciptaan ternak unggul yang sudah ada. Oleh sebab
itu, kita dapat mengembangkan bibit unggul yang belum dikembangkan oleh negara
lain. Alam telah menyediakan hal tersebut di negara kita yaitu berupa plasma
nutfah yang beraneka ragam. Tinggal kita mau dan mempunyai kemampuan
untuk menggali dan mengembangkannya. Saya yakin, kita telah banyak
memiliki ahli pemuliaan, namun pada kenyataannya belum dimanfaatkan seoptimal
mungkin.
Kita mempunyai banyak plasma nutfah
untuk keperluan pengembangan bibit unggul. Sebagai contoh kita dapat
mengembangkan budidaya ayam hutan merah dan hijau untuk keperluan pengembangan
ayam hias yang khas. Sebagai contoh ayam Burgo yang merupakan hasil persilangan
ayam hutan merah dan ayam kampung menghasilkan ayam hias yang bagus pada ayam
jantan, sedangkan ayam betina mempunyai produksi telur yang lebih tinggi dari
ayam kampung. Kita juga mempunyai ayam Arab yang produksi telurnya menyamai
ayam ras. Kita juga mempunyai domba Garut sebagai penghasil wol yang halus.
Kita juga mempunyai kerbau asli seperti kerbau Enggano dan kerbau Benuang yang
mempunyai postur tubuh yang besar. Dan jangan lupa, kita juga mempunyai rusa
Sambar yang mempunyai tubuh yang besar. Dan juga masih mempunyai kambing gunung
yang berbadan besar. Dan, masih banyak lagi plasma nutfah yang belum digali.
Semua plasma nutfah tersebut memerlukan penangan serius agar diperoleh bibit
unggul yang mampu menembus pasar internasional.
(Prof. Ir. Urip Santoso, S.IKom.,
M.Sc., Phd – Jur. Peternakan, Fak. Pertanian, Univ. Bengkulu)