Berawal dari semakin mahalnya harga daging, beberapa pemasok daging mencoba memanfaatkan momentum tersebut untuk memetik keuntungan lebih besar, namun sayangnya dilakukan dengan cara yang kurang terpuji. Para pemasok nakal ini dengan sengaja mencampur (mengoplos) daging sapi dengan daging lain yang harganya lebih murah, seperti daging ayam atau daging babi/celeng, walaupun tekstur dan aromanya berbeda. (baca pula ciri daging gelonggongan)

Sementara untuk
daging mentah, teknik yang paling banyak digunakan oleh pemasok daging oplosan
adalah hanya menerima pesanan lewat telepon dan langsung mengantarnya langsung
kepada pemesan. Jadi pembeli tidak akan tahu lokasi pemasok daging tersebut,
termasuk jika daging tersebut diopolos dengan daging lain. Dengan cara
demikian, keberadaan pemasok daging sapi oplosan sulit dilacak petugas
pengawasan.
Namun untuk
pemasok yang memiliki kios daging, dimana konsumen datang dan memilih sendiri
daging yang akan dibeli, mereka akan melumuri daging sapi oplosan tersebut
dengan darah sapi, dalam waktu beberapa menit saja sudah sulit untuk membedakan
antara daging sapi murni dengan daging sapi oplosan.
Menurut
keterangan Kepala Seksi Pengawasan Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta
Selatan, Nur Hasan, selain berasal dari pemasok, daging sapi oplosan bisa juga
berasal dari pedagang bakso yang membawanya ke kios penggilingan. Memang ada
sebagian tukang bakso tersebut yang sengaja bekerja sama dengan pemasok agar
mendapat daging murah. Namun sebagian lain malah tidak mengerti bahwa daging
giling yang mereka beli adalah hasil oplosan, karena tidak mengawasi proses
penggilingannya.