Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Durian Bawor “Tantang” Durian Montong

DIOLUHTAN. Keanekaragaman durian Indonesia memang sangat luar biasa. Tidak mengherankan jika negara semacam Thailand rela membeli pohon durian montong untuk dikembangkan di negaranya dan "menjajah" penggemar durian dunia dengan produk Indonesia yang dikemas ulang.
Masyarakat pecinta durian kini memiliki harapan melawan dominasi durian montong, dengan bersenjatakan durian Bawor. Tapi apa dan bagaimana awal kemunculan durian Bawor ini? 
Durian Bawor (foto : dok liputan6)
Penamaan Bawor sendiri tak lepas dari ikon rakyat Banyumas. Bawor adalah sebutan bagi sosok punakawan Bagong, adik dari Petruk. Nama Petruk sendiri sudah ngetop sebagai durian lokal asal Jepara. Nama-nama itu di Jawa Tengah adalah representasi nama rakyat sebagai 'perlawanan' nama bangsawan.
Sejarah penemuan Durian Bawor, tak lepas dari nama Sarno Ahmad Darsono. Sarno adalah seorang guru sekolah dasar di Alas Malang, Kemranjen, Banyumas. Sejak lahir Sarno sudah dianugerahi kemampuan naluriah menilai durian.
Menurut Managing Director Ad Glow, Aji Fauzi, naluri bawaan Sarno terhadap durian begitu kuat. Cukup melihat bijinya, ia tahu jenis durian itu. Pengalamannya semasa kecil menemani sang ayah mencari durian hingga ke pelosok desa membuat Sarno Ahmad Darsono terobsesi pada durian. "Rata-rata durian pohonnya sangat tinggi dengan buah tak begitu besar. Yang tak bisa memanjat harus menunggu durian itu runtuh," ungkap Aji.
Penjelajahan batin Sarno menjadikannya nekad memadukan 20 jenis durian lokal dengan teknik okulasi. Waktu tunggu durian hingga berbuah biasanya delapan tahun, ia obsesikan menjadi tiga hingga empat tahun. "Dengan memegang dan menimbangnya, ia tahu durian yang ada di tangannya telah matang atau belum, berkulit tebal atau tipis. Ketajaman penciumannya sangat  membantu dia memilah durian yang puket (manis, berlemak, dan beralkohol) atau bukan," jelas  Aji.
Sarno kemudian membongkar tabungan ingatan dan koleksinya tentang durian unggul. Dia menguber informasi dari berbagai buku tentang teknik okulasi. Saat itu internet belum merakyat seperti sekarang. "Percobaan pertama, langsung okulasi 20 varietas unggul. Untuk mendapatkan ukuran besar, beliau memilih durian Kumbakarna, untuk rasa, tekstur, aroma menggunakan varietas lain," lanjut Aji.
Setelah berselang tiga-empat bulan, okulasi pohon primer dengan sekunder mulai melekat. Sarno lalu mencoba membuat okulasi lagi pada pohon-pohon sekunder, dengan melukai pohon-pohon itu untuk menempelkan pohon durian lokal berkualitas sedang sebagai pohon tersier.
Banyaknya pohon durian yang digunakan untuk okulasi membuat pohon primernya tumbuh menyerupai pohon bakau yang akarnya mencuat dari tanah.
Penyuluh Pertanian Sulsel saat mencicipi Durian Montong yang dibudidayakan oleh Petani di Kabupaten Bone, Sulsel

Tingkatan pada okulasi itu berguna untuk menjamin ketersediaan makanan yang lebih banyak untuk pohon primer. Adapun fungsi pohon sekunder adalah mempengaruhi kualitas buah yang dihasilkan pohon primer. "Akhir tahun 2000, pohon hasil percobaannya sudah menghasilkan 30-40 buah durian oranye yang berbeda dari aslinya. Kulitnya tiis, daging lebih tebal, warna daging buah lebih merah seperti durian kuningmas, rasa lebih puket, dan beralkohol seperti durian petruk. Ukurannya sebesar durian kumbakarna dengan berat bisa lebih dari 12 kilogram," papar Aji.
Keistimewaan Durian Bawor
Setelah melalui proses penyempurnaan, durian bawor kini memiliki keistimewaan. Misalnya daging buah yang tebal dan berwarna oranye, tapi bijinya kecil dan tipis. Sementara rasanya legit, agak sedikit pahit. Sedangkan bobot matangnya rata-rata 6−9 kg dan bobot maksimalnya mencapai 15 kg. Selain itu, semakin tua si pohon, semakin lebat buahnya.
Apakah Durian Bawor ini akan menjadi pesaing utama Durian Monthong yang konon asal bibit indukannya adalah Durian Indonesia juga yang asal Kalimantan?
Kelebihan utama durian bawor warna kuning adalah saat buah tidak terlalu matang, durian tetap berasa manis. Sedang yang berwarna orange menyala, saat tidak terlalu matang buah berasa lebih tawar tetapi saat sudah matang buahnya terasa lebih pahit legit.
Musim durian biasanya sekali dalam setahun. Berbeda dengan durian pada umumnya, pohon Durian Bawor mempunyai keistimewaan yang bernilai ekonomis tinggi, yaitu pohon berbunga dan berbuah sepanjang tahun.
Sehingga, pohon dapat dipanen tiga kali dalam setahun. Sementara, harga buahnya lebih mahal dari durian monthong, yaitu Rp 50 ribu untuk setiap kilogramnya.
Aji Fauzi dari Ad Glow menuturkan bahwa jenis durian ini memiliki nilai ekonomis tinggi. Dalam lahan seluas 10 meter persegi di halaman depan saja, sudah mampu menampung dua pohon. "Dengan produksi 30 buah x 2 pohon = 60 buah. Asumsi bobot minimal 6 kg per buah dan harga buah terendah Rp 50.000. Silakan dihitung sendiri," sebut Aji.
Itu baru dua batang pohon. Mari kita membayangkan andai memiliki 200 pohon durian bawor. Anggap saja yang rutin berbuah 150 pohon dengan produksi 40 buah/pohon. Jika ditotal akan menghasilkan 6000 butir durian.
Jika sebutir berbobot 10 kg, dalam setahun kita memiliki 60 ton durian. Siap menghabiskan? Jangan lupa berbagi dengan tetangga.
Editor & Foto Durian Montong : Y.A. Yahya

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment