Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Kemenkes Bersiap Hadapi Kembalinya Ancaman Flu Burung Tahun 2017

DIOLUHTAN. Jakarta, Penyakit menular yang muncul kembali (re-emerging infectious diseases) adalah penyakit-penyakit menular yang dulu pernah menjadi ancaman besar lalu hilang dan kini mulai muncul kembali. Contoh sepanjang tahun 2016 ada virus Zika yang sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun silam dan kemudian angka infeksinya tiba-tiba saja meledak dimulai dari Brazil.
Menghadapi kasus kemunculan kembali penyakit seperti itu Kementerian Kesehatan (Kemenkes) lewat Direktur Jenderal Pencegahan dan Penularan Penyakit (P2P) dr HM Subuh, MPPM, mengaku sudah bersiap-siap. Fungsi pangawasan terus ditingkatkan dengan akan diresmikannya sebuah pusat operasi epidemiologi yang memantau perkembangan penyakit di dunia selama 24 jam.
Ilustrasi Biosecurity pada Kandang Ternak Unggas (foto : yoush)

Nah terkait hal tersebut salah satu penyakit yang jadi pantauan utama dan dikhawatirkan kembali mengancam di tahun 2017 di Indonesia menurut dr Subuh adalah flu burung. "Tahun 2016 ini penuh tantangan yang unik banyak penyakit yang kita kira sudah hilang ternyata bisa muncul kembali seperti misalnya Zika. Di tahun 2017 yang paling kita waspadai adalah flu burung," kata dr Subuh ketika ditemui di kantor Kemenkes dan ditulis pada Desember akhir tahun 2016.
Ilustrasi Vaksinasi Flu Burung pada Ternak Unggas (foto : yoush)

Flu burung di beberapa negara memang kini mulai kembali jadi ancaman. Korea Selatan, Hong Kong, dan China adalah beberapa negara yang sudah dikonfirmasi mengalami kenaikkan kasus. "Kita sudah lihat sinyal-sinyalnya membaca tren di negara lain. Kita samakan dengan kondisi di Indonesia," kata dr Subuh.
Editor : Y.A. Yahya
Sumber : www.detik.com
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment