Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Waspada Kasus Prolapsus Uteri pada Sapi

DIOLUHTAN-suluhtani. Pada penyuluhan kita kali ini, akan membahas seputar peternakan sapi potong, terkhusus pada masalah kesehatan hewan yang terkadang didapati peternak dan penyuluh pertanian dilapangan. Istilah “prolapsus uteri” adalah kondisi dimana rahim (uterus) ternak betina keluar dari tubuh ternak betina saat sapi sedang merejan. Kondisi ini akan selalu berulang, kecuali dengan penanganan yang cermat. Pada khasus Prolapsus uteri, mukosa uterus keluar dari badan melalui vagina secara total ada pula yang sebagian. Prolapsus atau pembalikan uterus sering terjadi segera sesudah partus dan jarang terjadi beberapa jam sesudah itu. Predisposisi terhadap prolapsus uteri adalah pertautan mesometrial yang panjang, uterus yang lemah, atonik dan mengendur, retensi plasenta pada apek uterus bunting dan relaksasi daerah pelvis yang berlebihan.

Berdasarkan pengetahuan penulis yang diperoleh dari beberapa diklat dan webinar tang diikuti, prolapsus uteri ini bisa terjadi diantaranya karena 1). Ternak selalu dikandangkan; 2). Tingginya hormon estrogen; 3). Tekanan intra abdominal saat berbaring; 4). Kelainan genetik, dan 5). Ternak di kandang dengan bagian belakang lebih rendah daripada bagian depan.

Manusia (wanita), posisi tubuhnya vertikal, berdiri di atas 2 kaki, jarang terjadi prolapsus uteri pada mereka. Pada ternak sapi (betina), posisi tubuhnya horisontal, mendatar, berdiri di atas 4 kaki, posisi vagina di atas, mudah atau sering terjadi kasus prolapsus uteri.

Penyuluh Pertanian Disnakeswan Kab. Bone, Yusran A. Yahya sedang Melakukan Pertolongan Darurat pada Ternak Sapi yang mengalami Prolapsus Uteri setelah Melahirkan

Mengapa? Menurut pendapat drh. Deddy Fachruddin bahwa dari sekian banyak artikel yang pernah dia baca, seminar yang diikuti, tidak ada yang secara spesifik bisa menjelaskan apa yang menyebabkan prolapsus. Prolapsus bisa terjadi pada hewan jantan maupun betina, pada sapi, kambing, kuda, domba, kerbau dan sebagainya. Kalau pada jantan biasanya prolapsus pada rektum/anus. Kalo betina biasanya terjadi pada uterus/rahim. Tentu saja bisa sebagian bisa keseluruhan.

Lebih lanjut menurut Deddy, bahwa bagi sebagian besar peternak merasa hal tersebut adalah kejadian mengerikan. Bagi sebagian Tukang Jagal, ini suatu berkah. Dokter Hewan ketiban sampur nya. Bagi sebagian yang lain, ini biasa saja...


Yang pasti prolapsus ini terjadi ketika hewan merejan dan penjelasan yang paling masuk akal adalah begini : 1). Ketika merejan, syaraf yang bertugas menutup otot sphynter (otot pada lubang) tidak berfungsi dengan baik karena kekurangan/defisiensi kalsium-magnesium. Kalsium adalah mineral utama yang bertugas menyambung komunikasi antar sel syaraf; 2). Ketika merejan, hewan tidak bisa "nge-REM" karena kekurangan/defisiensi energi untuk melakukan pengereman dan menutup otot sphyncter; dan 3). Mungkin memang bawaan lahir, genetik.

Jadi, sangat penting untuk memastikan suplai kalsium-magnesium cukup. Sertakan mineral mikro sebagai pelengkap utamanya. Sangat penting untuk memastikan stock energi juga cukup, terutama pada masa akhir kebuntingan hingga 2 minggu setelah melahirkan.

Tips Menangani Prolapsus Uteri

Penanganan secara teknis yaitu dengan menempatkan ternak pada kandang dengan kemiringan 5-15 cm lebih tinggi dari bagian belakang. Penanganan prolapsus dipermudah dengan handuk atau sehelai kain basah. Uterus dipertahankan sejajar vulva sampai datang bantuan. Uterus dicuci bersih dengan air yang dibubuhi antiseptik sedikit.

Uterus lalu direposisi. Sesudah uterus kembali secara sempurna ketempatnya, injeksi oksitosin 30-50 ml secara intramuskuler. Kedalam uterus dimasukkan larutan tardomisol (TM), collibact atau terramisin. Dilakukan jahitan pada vulva dengan jahitan Flessa atau Buhner (khusus tenaga medik). Penyuntikan antibiotik secara intramuskuler diperlukan untuk membantu pencegahan infeksi uterus. Prinsip dasar penanganan kasus ini adalah mengembalikan organ yang mengalami prolaps ke posisi normalnya.

Berikut, sebuah penanganan darurat yang dilakukan penyuluh pertanian (spesialis peternakan) untuk kasus prolapsus uteri yang sering dialami/terjadi apabila peralatan dan obat yang terbatas saat itu.

- Siapkan air bersih

- Sediakan sekitar 4 buah es batu (biasanya dibungkus plastik @ 1liter)

- Siapkan alkohol

- Siapkan jarum jahit/1 set alat jahit (kalau tidak ada, pakai jarum karung-jarum jahit sepatu dan tali rafia, semuanya dicuci air panas dan direndam dulu dalam alkohol 70%).

- Cuci alat reproduksi yang keluar dengan air bersih sekalian sisa placenta dan corpus luteum disingkirkan sekalian, lalu perlahan-lahan masukkan seluruh organ reproduksi itu kedalam sampai masuk seluruhnya

- Tekan mulut vagina dan masukkan es batu kedalam, untuk membekukan darah.

- Jahit luka sobeknya dengan jarum dan tali rafia

- Letakkan ternak pada alas tanah dengan posisi kaki depan lebih rendah dari kaki belakang

- Usahakan ternak berada dalam ruangan yang terbatas, ternak tidak dapat memutar.

- Injeksi dengan Analgesik, Antipiretikaserta preparat calcium bila di perlukan (ambruk) dan semprot luka dengan gusanex

- Beri ternak makan dan minum secukupnya

- Setelah 3-7 hari biasanya kandungan sudah mulai normal dan jahitan sudah mengering, sehingga pada dasarnya jahitan boleh dilepas namun untuk menghindari terjadinya kasus kembali jahitan tali rafia disarankan dilepas setelah 2-4 minggu.   

Demikianlah penyuluhan pertanian kali ini. Semoga dengan artikel ini dapat membantu para peternak dan penyuluh pertanian spesialis peternakan dalam melakukan dan menghadapi kejadian/kasus permasalahan kesehatan ternak. Dan semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat bagi pembaca.

Yusran A. Yahya NS (Disarikan dari Catatan Webinar Keswan, Pertemuan Disnak serta Artikel lainnya)

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment