Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Kandang Ternak, Konsep Kandang Tropis dan Orientasi Kandang

DIOLUHTAN-suluhtani. Produktivits ternak pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu genetik dan lingkungan. Genetik yang unggul saja belum cukup untuk bisa menapilKan produktiviats ternak optimal jika faktor lingkungan yang nyaman. Demikian pula sebaliknya lingkungan peternakan atau kandang yang nyaman tidak akan banyak berarti jika ternak yang dipelihara tidak mempunyai mutu genetik yang tinggi.

Faktor lingkungan dapat dikatagorikan menjadi dua yaitu lingkungan biotik (makanan, air, perkembangan mikroba dan hubungan sosial ternak). Lingkungan abiotik merupakan kondisi fisikotermal lokasi peternakan yang menyangkut keadaan unsur-unsur iklim (iklim mikro). Faktor makanan yang berpengaruh terhadap produktivitas ternak meliputi kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan pada ternak. Dalam kontek kualitas yang perlu mendapat perhatian adalah imbangan energi protein ransum.

Interaksi antara individu ternak dalam satu kelompok atau kandang (hubungan sosial) mempengaruhi status sosial (hirarki), tingkah laku (behavior) serta tabiat makan ternak. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap hubungan sosial ternak antara lain: kepadatan ternak dalam kandang, kontruksi kandang, ventilasi kandang (pergerakan udara) serta kemampuan lingkungan kandang dapat meredam radiasi matahari. Faktor fisiko termal yang mempengaruhi adalah unsur-unsur cuaca seperti suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin dan curah hujan (presipitasi). Unsur-unsur cuaca ini saling berinteraksi yang menghasilkan panas lingkungan.

Diantara unsur cuaca yang lain, suhu udara merupakan unsut cuaca yang paling dominan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ternak. Chantalakhana (2001) menyatakan bahwa suhu udara optimal untuk pertumbuhan ternak berkisar 13 – 18oC. Sedangkan Oldeman dan Frere (1987) menyatakan bahawa suhu rata-rata di daerah tropis berkisar 27,5oC. Berdasarkan data suhu di atas maka persoalan peternakan di Indonesia mayoritas beradapan dengan persoalan cekaman panas.

Pergeseran suhu lingkungan dari kebutuhan optimal baik peningkatan ataupun penurunan akan berakibat pada masalah cekaman pada ternak. Cekaman pada ternak dapat terjadi apabila sistem homeostatis ternak tidak mampu lagi mengatasi perubahan faktor lingkungan. Dalam hal ini terjadi ketidak seimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang dilepaskan ke lingkungan. Indikator yang dapat dilihat pada ternak yang sedanga mengalami cekaman adalah (1) denyut jantung, (2) Respirasi, (3) Tekanan darah, (4) Suhu tubuh ternak.

Ternak dalam kondisi cekaman panas akan mempercepat denyut jantung dengan tujuan agar peredaran darah meningkat sehingga panas tubuh cepat sampai ke permukaan tubuh ternak, kemudian di lepaskan ke lingkungan. Keadaan sebaliknya akan terjadi pada ternak yang mengalami cekaman dingin. Dalam keadaan cekaman dingin ternak cendrung mempertahankan panas tubuhnya. Respiasi juga akan kelihatan meningkat pada saat ternak mengalami cekaman panas. Melalui respirasi ternak akan melepaskan panas tubuh dengan cara penguapan air dari saluran pernafasan. Tekanan darah meningkat pada saat cekaman panas dengan tujuan yang sama yaitu mempercepat peredaran darah. Suhu tubuh akan senantiasa dipertahankan tetap normal walaupun kondisi lingkungan berubah. karena ternak tergolong homeoterm. Jika cekaman panas terus berlanjut maka suhu tubuh ternak juga akan mengalami sedikit penngkatan. Demikian juga hal yang sama terjadi bila cekaman dingin terus berlanjut. Bagi peternak, usaha yang dapat dilakukan untuk meminimalkan cekaman adalah dengan melakukan modifikasi lingkungan.

Kandang Ternak

Keberadaan kandang bagi ternak sangat tergantung pada kebutuhan “fisiko termal” ternak. Ternak ruminansia besar seperti sapi dan kerbau, keberadaan kandang ternak tidak mutlak. Berbeda halnya dengan ternak non ruminansia seperti ayam, kandang menjadi lebih penting keberadaannya. Suhu udara dalam kandang merupakan unsur iklim paling penting diperhatikan agar ternak merasa lebih nyaman.

Dalam hal suhu udara dalam kandang, lintang tempat mempengaruhi suhu udara yang nyaman. Kandang di daerah tropis diupayakan agar suhu udara dalam kandang sama atau mendekati suhu udara lingkungan. Dalam hal ini tentu harus ada upaya agar panas pada atap kandang tidak banyak menambah beban panas pada ruangan kandang. Pada daerah sub tropis diupayakan agar suhu udara dalam kandang lebih tinggi 20 – 30oF dari suhu udara lingkungan kandang.

Konsep Kandang Tropis

Peternakan di daerah tropis, masalah cekaman panas lebih mendominasi daripada cekaman dingin. Tingkat kenyamanan kandang di daerah tropis dapat ditingkatkan dengan memperhatikan beberapa aspek diantaranya :

1. Minimalkan beban panas dari radiasi matahari

2. Maksimalkan pelepasan panas dari tubuh ternak ke lingkungan.

Radiasi matahari yang sampai ke atap kandang dan permukaan bumi akan dirubah menjadi gelombang panjang (panas) kemudian dipancar ke segala arah. Limpahan radiasi matahari dapat diminimalkan dengan pemilihan bahan kandang pada bagian yang berhadapan dengan radiasi matahari berwarna cerah. Warna cerah memiliki refleksivitas terhadap radiasi matahari yang tinggi sehingga jumlah radiasi matahari yang diabsorbsi lebih rendah. Pantulan radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang dari permukaan bumi juga dapat dikurangi beban panasnya dengan pemilihan dinding kandang cerah atau putih. Beban panas radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi juga dapat dikurangi dengan menanam pohon peneduh disekitar areal peternakan. Pohon peneduh akan berfungsi untuk mengurangi jumlah radiasi matahari yang dapat ditransmisikan ke permukaan tanah.

Beban panas pada ruanagan kandang di daerah tropis dapat pula dilakukan dengan cara memaksimalkan pelepasan panas dengan cara: (1) konduksi, (2) konveksi, (3) radiasi dan (4) evaporasi. Pemilihan material kandang pada bagian dinding atau tiang dengan konduktivitas tinggi akan mempercepat pembuangan panas ke lantai atau tanah. Penyediaan ventilasi memadai atau dengan menggunakan kipas angin sebagai penggerak udara merupakan salah satu usaha untuk mempercepat pelepasan panas dengan cara konveksi. Radiasi berupa emisi gelombang panjang (panas) dari bagian bawah atap kandang merupakan faktor paling dominan mempengaruhi suhu udara dalam kandang. Cekaman panas dalam ruangan kandang tentu dapat dikurangi dengan memilih bahan atap kandang dengan emisivitas rendah. Evaporasi merupakan proses pelepasan panas dengan menggunakan panas laten. Perubahan wujud air yang cair menjadi wujud gas (uap) memerlukan energi berupa panas laten.

Adanya sumber air disekitar areal peternakan membantu mengabsorbsi radiasi matahari yang sampai dipareal peternakan,. Setelah merupa uap air dan masuk ke dalam kandang dengan bantuan pergerakan udara, ua air ini akan mengabsorbsi panas ruangan kandang secara difusi kemudian panas dilepaskan ke lingkungan luar kandang.

Orientasi Kandang (arah memanjang kandang)

Orientasi kandang yang sesuai atau dapat memberikan tingkat kenyamanan lebih tinggi tergantung pada topografi (ketinggian tempat dari permukaan laut).

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut suatu daerah dapt digolongkan menjadi tiga yaitu :

1. Daerah dataran rendah adalah daerah yang mempunyai ketinggian tempat 0 – 250m dpl (dari permukaan laut)

2. Daerah dataran sedang adalah daerah yang mempunyai ketinggian tempat 250 – 750m dpl.

3. Daerah dataran tinggi adalah daerah yang mempunyai ketinggian tempat Di atas 750m dpl.

Pada daerah dataran rendah, dengan suhu rata-rata harian lebih tinggi daripada dataran sedang dan tinggi akan lebih menguntungkan jika memilih orientasi kandang timur – barat. Orientasi kandang seperti ini dapat mengurangi limpahan total radiasi matahari yang diterima oleh bahan atap kandang. Dari pagi sampai sore hari, hanya sisi kandang sebelah timur menerima limpahan radiasi sedangkan sisi sebelah barat tidak. Makin kecil luasan area atap kandang yang mendapat radiasi matahari tentu intensitas radiasi matahari yang diterima makin kecil pula. Pada sore hari, hanya sisi atap kandang sebelah barat menerima limpahan radiasi matahari sedangkan sisi sebelah timur tidak. Masalah yang perlu mendapat perhatian pada sistem orientasi kandang seperti ini adalah kelembaban kandang dan sistem ventilasi kandang.

Orientasi kandang timur – barat mempunyai konsekuensi sinar matahari pagi yang sangat berguina untuk membunuh mikroorganisme patogen hanya sebagian kecil masuk ke dalam kandang. Kandang dengan ventilasi minimum atau jelek jika ditambah dengan permasalahan kelembabab kandang yang tinggi maka sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mikroorganiosme patogen.

Orientasi kandang utara-selatan lebih baik dipakai pada kandang di daerah dataran sedang dan tinggi. Pertimbangan pemilihan ini karena di daerah dataran sedang dan tinggi suhu udara kandang sudah mendekati kisaran suhu nyaman bagi pertumbuhan ternak. Kandang dengan orientasi utara-selatan memungkinkan limpahan radiasi matahari secara maksimal dapat diterima oleh bahan atap kandang.

Radiasi matahari pagi dapat masuk pada semua sisi kandang sebelah timur (menghadap matahari). Sinar matahari ini sangat berguna untuk mengendalikan perkembangan mikroorganisme patogen pada ternak. Pagi sampai siang hari, permukaan atap pada sisi timur secara keseluruhan dapat menerima radiasi matahari sehingga atap kandang mendapat panas secara maksimal. Pada siang sampai sore hari, sisi kandang sebelah barat mendapat radiasi matahari secara total. Pada kandang dengan sistem orientasi utara – selatan, ventilasi kandang harus diperhatikan untuk mengatasi cekaman panas pada siang hari (pukul 14.00 wita) dimana intensitas radiasi matahari sangat tinggi.

Secara perinsip pemilihan orientasi kandang seharusnya mempertimbangkan faktor topografi lokasi peternakan (dataran rendah, sedang dan tinggi). Tofografi menjadi penting diperhatikan karena pada topografi berbeda, iklim mikro di daerah tersebut berbeda pula. Ventilasi kandang menentukan tingkat pergerakan udara di dalam kandang. Kandang dengan ventilasi yang kurang (jelek) menyebabkan udara didalam kandang tersekap sehingga proses pelepasan panas dari dalam kandang ke lingkungan menjadi terganggu.

Yusran A. Yahya NS (Sumber: Diktat Kuliah, Ilmu Lingkungan Ternak, Fapet Universitas Udayana, 2017)

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment