Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

BPP Patimpeng, Tingkatkan “Awarenes” Petani tentang Pupuk Organik

DIOLUHTAN-suluhtani. Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Patimpeng Kab. Bone sebagai kelembagaan penyuluhan pemerintah yang paling depan dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian, mendapat kesempatan dari Pemerintah Desa Masago yang menggelar pelatihan kelompok tani dengan mengundang penyuluh pertanian untuk menjadi narasumber/pemateri pada pelatihan tersebut.

Kelompok tani se-Desa Masago dilatih dalam pembuatan pupuk organik Bokhasi dan Biosaka. Pemateri dalam pelatihan tersebut dibawakan langsung oleh Koordinator Penyuluh Pertanian (Korluh) Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Patimpeng, Andi Elya Azis, SPt. Pelatihan ini diikuti oleh para pelaku sektor pertanian tingkat Desa, di aula kantor Desa Masago, Kec. Patimpeng (Jum’at, 04/11/2022).


Penyuluh Pertanian wibi Desa Masago, Andi Elya Azis, SPt saat Memaparkan Manfaat Pupuk Organik bagi Tanaman (Jum'at, 04/11/2022)

Pelatihan ini juga dihadiri oleh Kepala Desa Masago dan Ketua Penggerak PKK Desa Masago yang juga ikut melakukan praktek pembuatan pupuk organik tersebut. Sebagai pemateri Andi Elya Azis, SPt, menyampaikan pelatihan ini untuk meningkatkan kognitif (pola pikir) petani tentang pupuk organik dan manfaatnya serta pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organik tanaman.

Korluh BPP memaparkan, khusus untuk pembuatan Biosaka, bahan alaminya adalah ekstrak hasil remasan berbagai macam tanaman sehat yang tumbuh di sekitar areal pertanaman yang sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Dijelaskannya bahwa terdapat 3 (tiga) tahap penting yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan bahan alami Biosaka. Pertama, pemilihan bahan yang tepat yaitu memanfaatkan berbagai macam dedaunan atau rerumputan yang kondisinya sehat, artinya tidak terlihat adanya lubang-lubang atau bercak-bercak yang menunjukkan bekas gigitan serangga atau serangan HPT. Kedua, proses pembuatan, yaitu dengan cara meremas (tidak menghancurkan) dedaunan atau rerumputan di dalam air sampai tercampur secara homogen (tidak mengendap, tidak berubah warna menjadi bening dan tidak mengeluarkan gas meskipun disimpan dalam waktu yang lama). Ketiga, adalah aplikasi di lapangan yaitu dengan penyemprotan pada waktu dan cara yang tepat, seperti penyemprotan dengan pengabutan dan tidak disemprotkan secara langsung ke tanaman. Dikatakannya bahwa penggagas pembuatan Biosaka adalah petani asal Blitar yang kemudian disempurnakan oleh ITB.


Praktek Mengolah Hijauan untuk Biosaka (ki-ka: Andi Elya Azis, Ketua Gapoktan Temmappasilainge, Ketua Penggerak PKK Desa Masago dan Kepala Desa Masago, Andi Syamsul Alam)

Elya lanjut menjelaskan bahwa, untuk tahapan pertama adalah memilih rumput dan dedaunan yang baik yang bisa dijadikan Biosaka, rumput dan dedaunan yang ada di sekitar atau rumput yang ada di pematang sawah yang paling sehat, yang paling subur sehingga bisa diperas untuk dijadikan Biosaka. Tahap selanjutnya adalah bagaimana cara meremas yang benar. Ia menerangkan, caranya adalah, bahan baku Biosaka ditaruh di ember setelah itu dicampur air saja, tidak dicampur dengan bahan apapun, tidak difermentasi, hanya diremas-remas selama 10 hingga 15 menit, setelah itu baru bisa dipraktekkan untuk menyemprot. ”Biosaka ini sudah kami uji di banyak tempat, bahkan Mentan RI pun turut ikut mempraktekkan teknologi ini. Biosaka punya beberapa manfaat, antara lain, membuat tanah menjadi subur (tanah tetap lembab, penggunaan pupuk akan lebih efisien, biaya lebih irit, hama penyakit tanaman akan “minggir” atau minimal berkurang dan produksi akan lebih tinggi” papar Elya.

Larutan Biosaka yang telah jadi dan siap digunakan dengan perbandingan 1,5 Liter Larutan per Hektar Lahan

Penyuluh teladan nasional 2014 ini dalam konfirmasinya mengungkapkan bahwa pemanfaatan teknologi Biosaka ini merupakan petunjuk dari Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Kab. Bone, H. Andi Asman Sulaiman, S.Sos, MSi untuk menerapkan “elisitor” ini. “Dalam arahannya Kadis TPHP Kab. Bone mengatakan, untuk mendukung, memajukan dan mengembangkan sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Kabupaten Bone, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi pertanian, seperti Biosaka” terangnya.

Hadir dalam pelatihan tersebut, ketua Gapoktan Temmapasilainge, para ketua dan pengurus kelompok tani tanaman pangan, kelompok tani ternak dan kelompok tebu rakyat, serta aparat Desa, Imam Desa dan ibu-ibu tim penggerak PKK Desa Masago. Dengan teknologi tersebut diharapkan hasil pertanian petani dapat semakin meningkat, sehingga berdampak positif terhadap kenaikan produksi dan tingkat kesejahteraan para petani di Bone. (Y.A. Yahya)

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment