Tidak ada yang lebih penting dalam pergaulan umat manusia di dunia ini selain komunikasi yang bertujuan untuk menyampaikan suatu pikiran, gagasan atau ide, atau pesan dari seseorang kepada orang lain. Kita berkewajiban untuk mengupayakan segala cara untuk menggunakan semua alat yang ada agar penyuluhan menjadi efektif. media penyuluhan ini adalah salahsatu media visual yang memaparkan penyuluhan pada komoditi bidang pertanian, perikanan dan kehutanan.

Penanganan Dehidrasi akibat Diare pada Sapi

DIOLUHTAN-SuluhtaniPermasalahan gangguan kesehatan sering menyebabkan kerugian bagi peternak. Misalnya gangguan pencernaan seperti diare sering terjadi pada hewan ternak, baik sapi potong, sapi perah, domba maupun kambing. Di Sulawesi Selatan, khususnya Kabupaten Bone, kasus diare masih sering dijumpai. Diare merupakan suatu gejala yang menunjukkan adanya gangguan atau penyakit pencernaan. Terlebih lagi saat musim penghujan, berbagai jenis hewan ternak baik itu unggas ataupun ternak besar riskan terserang penyakit.

Seperti yang terjadi baru-baru ini di Kecamatan Patimpeng, Kab. Bone, Sulsel. Banyak sapi yang mengalami diare dan kurang nafsu makan. Diare ini bahkan dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian pada sapi jika tidak tertangani oleh petugas. 

Penyuluh Pertanian Dinas Peternakan Kab. Bone, Yusran Yahya, SPt, MSi ketika dikonfirmasi setelah menangani kesehatan ternak sapi tersebut mengambarkan bahwa diare itu saat keadaan sapi yang mengalami sakit mencret. 
Diare pada ternak khususnya sapi bukan merupakan sebuah penyakit, tapi lebih merupakan tanda atau gejala klinis dari sebuah penyakit yang lebih komplek yang bisa disebabkan oleh berbagai hal. “Diare pada sapi, seperti pada manusia, dapat terjadi ketika pergerakan cairan tubuh dalam pencernaan mengalami gangguan. Biasanya selalu berakibat kehilangan cairan atau dehidrasi. Sayangnya, kehilangan ini merubah keseimbangan kimiawi tubuh yang pada akhirnya akan menimbulkan stress dan depresi, yang dapat berujung pada kematian.” ungkapnya. 
Rehidrasi, sebuah terapi pada ternak dengan memberikan air dan suplemen elektrolit dapat membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan tersebut. “Peternak harus segera memberi pertolongan pertama, dengan memberi larutan segenggam garam, segenggam gula merah yang diberikan secara rutin pada sapi, sama fungsinya dengan oralit pada manusia” jelasnya
Saat melaksanakan penyuluhan, Yusran membeberkan beberapa penyebab diare diantaranya sebagai berikut :
1. Protozoa
Protozoa adalah salah satu penyebab diare pada sapi potong. Jenis protozoa yang banyak ditemukan di peternakan sapi (khususnya di Di Amerika Serikat) adalah CoccidiaCryptosporidia dan Giardia. Giardia baru ditemukan beberapa tahun yang lalu namun telah banyak kasus yang disebabkan oleh organisme ini, terutama pada pedet yang baru berusia 3-5 minggu.
Siklus hidup dari masing-masin protozoa ini berbeda. Untuk jenis Coccidia, memiliki siklus hidup 21 hari, oleh sebab itu tidak pernah menginfeksi  pedet yang usia dibawah itu (18 - 19 hari). Sedangkan jenis Cryptosporidia biasanya ditemukan pada pedet usia 7 - 21 hari, dan umumnya  menginfeksi bersama-sama dengan  rotavirus, coronavirus dan E. coli.
Namun, telur (oocyst) dari protozoa ini memiliki kelebihan dapat hidup dalam kondisi dormant (suri) di tanah dan kotoran ternak selama satu tahun. Infeksi pada tubuh sapi potong terjadi karena pada saat protozoa ini tertelan dan masuk kedalam usus, telur ini akan menetas dan berkembang biak dengan cara menempel dan masuk kedalam jaringan sel pada usus. Akibatnya percernaan dan penyerapan makanan akan terganggu.
Gejalanya tidak begitu jelas, tetapi sapi potong yang terinfeksi biasanya akan berkurang nafsu makannya, sehingga pertumbuhannya terhambat. Jika tingkat infeksi sudah parah, akan timbul diare (terkadang disertai darah), depresi, dehidrasi dan kehilangan berat badan secara perlahan.
2. Escherichia coli
Escherichia coli adalah jenis mikroorganisma yang menyebabkan diare(mencret) pada ternak sapi. E. coli biasa menjangkiti pedet yang baru berusia dibawah 14 hari, namun banyak kasus terjadi pada usia pedet kurang dari 1 minggu. E. coli juga sering ditemukan sebagai lanjutan dari infeksi rotavirus dan coronavirus.
Sesungguhnya E.coli biasa terdapat di dalam system pencernaan ternak sapi, namun jika jumlahnya terlalu banyak dapat menyebabkan diare. Pada kondisi tertentu E.coli akan menyerang jaringan epitel dalam usus, sehingga usus mengalami kesulitan untuk menyerap, akhirnya nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan langsung dikeluarkan melalui kotoran (mencret)
Berdasarkan penelitian, ada banyak sekali jenis E.coli, namun yang berbahaya hanya beberapa jenis saja. Sedangkan E.coli yang paling umum ditemukan pada ternak sapi adalah :
1.Enteric
Pada pedet, gejalanya diawali dengan demam yang dengan cepat berangsur normal atau mendekati normal.  Setelah itu pedet akan mengalami diare hebat, yang mengakibatkan lemas dan dehidrasi. Jika didiamkan dapat menyebabkan  kematian.
2.Enterotoxigenic
Ini bakteri E. coli dari jenis K-99. Bakteri ini dapat menyerang pedet yang berusia dibawah 3 hari. Infeksi yang diakibatkannya sangat fatal, karena pedet langsung mati bahkan sebelum gejala diare (mencret) muncul.
3.Septicemic
Ini adalah salah satu jenis E.coli yang terkenal sangat ganas, karena langsung menyebabkan kematian tanpa gejala-gejala yang tampak. Serangan bakteri ini mirip sekali dengan Salmonella, yaitu dengan cara menginfeksi aliran darah dan menyebar ke dalam jaringan tubuh. Akibatnya, infeksi akan meluas ke seluruh tubuh. Bakteri ini umumnya menyerang pedet yang tidak mendapat kolostrum dari induknya.
Pada ternak sapi yang sedang menderita diare, memerlukan larutan elektrolit untuk menggantikan cairan tubuh serta elektrolit yang hilang. Akan tetapi frekuensi pemberiannya harus ditingkatkan, karena hanya sekitar 60% saja yang mampu diserap tubuh, sedangkan sisanya akan kembali dikeluarkan oleh tubuh melalui kotoran.
Saat ini, di pasaran sudah tersedia vaksin jenis baru untuk E. coli. Vaksin ini mengandung antigen K99 yang dapat memberikan kekebalan terhadap jenis E. coli lainnya. Caranya penggunaannya langsung diberikan pada induk sapi  pada 6 minggu dan 3 minggu sebelum proses melahirkan. Variasi lainnya adalah kombinasi antara  vaksin E. coli, rota dan coronavirus. Vaksin ini membantu pembentukan tingkat antibodi yang tinggi di kolostrum.
Semua jenis vaksin ini dapat bekerja secara efektif jika pedet mendapat kolostrum sesegera mungkin setelah dilahirkan
Diakhir penyuluhan, Yusran juga menyarankan kepada masyarakat untuk membuat kandang jangan sampai becek atau tergenang air. "Karena kandang yang becek, resiko hewan ternak tersebut terserang penyakit lebih tinggi. Seperti penyakit saluran pernafasan dan pencernaan," imbuhnya. 
Source : Y. A. Yahya
Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment